Penyaluran Kredit Usaha untuk UMKM Tumbuh Melambat 1,9 Persen pada Mei 2025
Pajak.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami perlambatan pada Mei 2025. Penyaluran kredit kepada UMKM tercatat hanya tumbuh 1,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 2,3 persen.
Kondisi ini menunjukkan tantangan yang masih dihadapi sektor UMKM dalam mengakses pembiayaan, terutama di tengah perlambatan ekonomi dan pengetatan pembiayaan sektor keuangan.
Meskipun secara agregat penyaluran kredit nasional tetap tumbuh, dengan total mencapai Rp7.903,5 triliun atau meningkat 8,1 persen secara tahunan. Laju pertumbuhan itu melambat dibandingkan April 2025 yang tercatat tumbuh 8,5 persen. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kredit kepada debitur korporasi yang tumbuh 11,6 persen dan perorangan sebesar 4,0 persen.
Namun, kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan kredit secara keseluruhan terlihat mulai menyusut. Kredit skala kecil mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi, yaitu 9,6 persen secara tahunan, mengungguli capaian bulan sebelumnya yang tumbuh 9,5 persen.
Di sisi lain, kredit untuk skala mikro tumbuh negatif 1,9 persen, dan kredit untuk skala menengah bahkan terkontraksi 1,0 persen.
Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan juga tampak pada Kredit Modal Kerja (KMK) untuk UMKM, yang hanya tumbuh 0,6 persen secara tahunan, lebih rendah dari bulan April yang mencatatkan pertumbuhan 0,8 persen. Sementara itu, Kredit Investasi (KI) bagi UMKM masih menunjukkan pertumbuhan yang relatif kuat sebesar 5,3 persen, meskipun lebih rendah dari pertumbuhan kredit investasi perbankan nasional secara keseluruhan.
Kredit UMKM secara total mencapai Rp1.401,2 triliun pada Mei 2025, naik tipis dari bulan April yang sebesar Rp1.400,1 triliun. Komposisinya terdiri dari kredit skala mikro sebesar Rp626,9 triliun, kecil Rp472,3 triliun, dan menengah Rp302 triliun.
Sementara itu, secara umum kredit perbankan nasional masih mengalami pertumbuhan di hampir seluruh segmen. Kredit Modal Kerja tumbuh 4,5 persen, meningkat dari 4,3 persen pada bulan sebelumnya, terutama didorong oleh sektor industri pengolahan dan jasa.
Kredit Investasi mencatatkan pertumbuhan kuat sebesar 13,4 persen, meski menurun dari 15,3 persen pada April, dengan pendorong utama dari sektor pertambangan dan penggalian, serta pengangkutan dan komunikasi.
Kredit Konsumsi mencatat pertumbuhan 8,7 persen, sedikit melambat dari 8,9 persen pada April. Kredit properti tercatat tumbuh 5,9 persen, stabil dibandingkan bulan sebelumnya (6,1 persen), dengan kontribusi utama dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) yang tumbuh 8,0 persen, kredit real estate 6,6 persen, dan kredit konstruksi 1,5 persen.
Comments