Menu
in ,

Hyundai Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Karawang

Hyundai Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Karawang

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Konsorsium Hyundai, yang terdiri dari Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution, akan membangun pabrik sel baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat. Proyek yang akan dikerjakan bersama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) ini bernilai investasi sekitar 1,1 miliar dollar AS atau setara Rp 15,9 triliun (kurs Rp 14.500). Pembangunan pabrik dijadwalkan akan dimulai pada kuartal IV-2021 dan selesai di semester I-2023.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan apresiasinya atas kerja sama ini. Kendati realisasi perjanjian memerlukan proses dan negosiasi yang panjang, namun ia memastikan kolaborasi ini dapat menguntungkan semua pihak. Bahlil menyebut, kerja sama dengan Konsorsium Hyundai merupakan salah satu tahap dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia senilai 9,8 miliar dollar AS.

Namun, ia mengingatkan, kerja sama investasi ini wajib menggandeng pengusaha lokal dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)—sesuai amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK).

“Penandatanganan telah disaksikan bersama-sama. Izinkan saya sampaikan agar dalam implementasinya, sesuai dengan undang-undang, berkolaborasi dengan pengusaha nasional dan UMKM. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah saat ini. Kami akan kawal dari awal sampai akhir investasi untuk baterai sel ini,” tegas Bahlil dalam acara penandatangan nota kesepahaman besama Konsorsium Hyundai, pada Kamis (29/7).

Menurut Bahlil, proyek investasi yang dilakukan oleh Konsorsium Hyundai dan IBC merupakan salah satu langkah pemerintah untuk mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia secara keseluruhan dari hulu sampai dengan hilir.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Utama IBC Toto Nugroho. Menurutnya, sinergi ini menjadi momentum dalam pembentukan industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia memiliki potensi menjadi pemain global industri baterai karena memiliki 24 persen cadangan nikel di dunia.

“Kami akan memproduksi baterai secara kompetitif untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dan juga untuk ekspor. Terima kasih atas dukungan yang sangat besar dari Kementerian Investasi, Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan ambassador kedua negara,” kata Toto.

Sementara itu, CEO Hyundai Mobis Co. Ltd Sung Hwan Cho mengatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistemnya di Indonesia. Fasilitas sel baterai ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 giga watt hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.

“Sampai sekarang, berkat dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, kami sudah mencapai target untuk memajukan proyek ini dengan pihak-pihak lain. Saya merasa lebih dekat mencapai target kami, dan sekarang kedua negara akan bermitra untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistem ke depannya,” tambah Cho.

Konsorsium Hyundai rencananya akan membentuk joint venture (JV) dengan PT Industri Baterai Indonesia selaku holding BUMN Baterai yang merupakan gabungan dari empat BUMN, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, PT Pertamina (Persero), MIND ID, dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Park Taesung memberi apresiasi kepada pemerintah Indonesia atas terwujudnya kerja sama ini. Ia menambahkan, kerja sama investasi mobil listrik dan baterai akan menjadi kontributor yang secara inovatif menjalankan perekonomian berorientasi pada lingkungan, teknologi, dan ekspor.

“Saya sebagai Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia akan menggerakkan segala dukungan agar kerja sama ini menjadi salah satu kerja sama yang sukses dan terbaik antara Korea dan Indonesia,” kata Park.

Selain itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi menambahkan, terjalinnya kerja sama ini merupakan wujud komitmen kedua negara, meskipun masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

“Dalam kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan, proyek ini termasuk sangat strategis dan bersejarah karena membantu transformasi Indonesia menuju negara dengan industri yang kuat dan maju. Tentunya betul-betul mengalihkan bisnis ekstraksi menjadi manufaktur yang lebih bernilai tambah,” ucap Umar.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version