in ,

8 Fakta Penting Investasi Pada Triwulan IV 2022

8 Fakta Penting Investasi
FOTO: IST

8 Fakta Penting Investasi Pada Triwulan IV 2022

Pajak.com, Jakarta – Kekhawatiran akan peningkatan resesi global membuat pasar saham belum bisa bernafas lega sejak triwulan ketiga. Setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga lima kali hingga 300 bps sejak Maret lalu, imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat tiga kali lipat, sementara ekuitas turun 25 persen. 8 fakta penting investasi pada triwulan IV 2022.

Memasuki triwulan IV ini, pertanyaan besarnya adalah, apakah pasar secara memadai memperhitungkan berbagai faktor penghambat, seperti ketidakpastian geopolitik, kenaikan inflasi, dan sikap bank sentral AS, yang semakin agresif? Berikut ini 8 fakta penting investasi yang harus diperhatikan investor pada triwulan keempat 2022 menurut Bank DBS dalam CIO Insights 4Q22 yang bertajuk “Fed in Focus”.

  • Teknologi AS diuntungkan oleh imbal hasil akhir tinggi.

Pasca-simposium Jackson Hole pada Agustus lalu, ekuitas AS menerima dampak buruk dari sikap bank sentral AS yang semakin agresif dan meningkatkan kemungkinan perlambatan drastis ekonomi. Dalam keadaan itu, Bank DBS meyakni bahwa siklus AS mewakili imbalan risiko menarik karena valuasi berkontraksi 41 persen sejak akhir 2020.

Bank DBS tetap konstruktif terhadap teknologi AS mengingat disrupsi digital bersifat sementara, serta pendapatan dan ketahanan margin Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) dari sektor itu. Secara singkat, lintasan pertumbuhan untuk teknologi AS diperkirakan akan melampaui setiap penurunan sementara akibat perubahan makroekonomi jangka pendek dan akan benar-benar siap untuk memanfaatkan faktor pendorong dari imbal hasil obligasi yang meroket sekitar triwulan pertama 2023.

  • Kinerja Tiongkok “overweight” karena valuasi menarik dan kebijakan mendukung.
Baca Juga  Prosedur Pengajuan Permohonan Pencabutan Penanaman Modal

Peningkatan ketegangan geopolitik, perlambatan pendapatan korporasi, sektor properti tidak sehat, serta kebijakan nol COVID-19 ketat secara bersama-sama memicu gerakan jual ekuitas Tiongkok selama triwulan lalu. Meski demikian, Bank DBS menilai bahwa kinerja overweight terjadi karena dua alasan.

Pertama, valuasi saat ini berada di tingkat terendah dan diperdagangkan dengan potongan atau diskon besar ke negara maju lain dan dengan demikian membatasi penurunan lebih lanjut ke depan. Kedua, kebijakan pemerintah yang mendukung, termasuk pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat menopang perekonomian dan menyediakan katalis untuk menaikkan peringkat pasar saham.

  • Ekonomi ASEAN akan diuntungkan oleh industri, kenaikan suku bunga, dan inflasi.

Setelah mencatat PDB lemah selama masa awal COVID-19, ASEAN-5 mengalami pemulihan meyakinkan. PDB triwulanan terbaru tercatat sebesar +4,7 persen. Kunci kinerja ASEAN di atas rata-rata adalah dimulainya pembukaan kembali industri berbagai sektor. Kenaikan suku bunga juga menguntungkan bank karena mereka mengalami pertumbuhan margin bunga bersih.

Kartu kredit dan biaya transaksi juga diperkirakan meningkat seiring dengan pertumbuhan lebih tinggi angka PDB. Terakhir, negara ASEAN tertentu ditopang oleh inflasi karena mereka adalah negara eksportir komoditas. Indonesia adalah contoh utama karena memasok energi (batu bara dan gas alam) serta komoditas pangan lain (minyak sawit) dan logam (nikel, litium, dan kobalt) ke seluruh dunia.

  • Kinerja Eropa “underweight”, ekuitas Jepang diuntungkan oleh pelemahan yen.

Sentimen terhadap investasi di Eropa tetap lemah karena krisis Rusia-Ukraina berlarut-larut dan mata uang euro turun di bawah nilai mata uang dollar AS. Kekhawatiran akan perlambatan global meningkat karena angka Purchasing Managers Index (PMI) dan ekspor di kawasan tersebut menunjukkan tanda-tanda melemah. DBS memandang bahwa tetap berhati-hati terkait ekuitas Eropa secara umum, meskipun ada peluang di sektor minyak, barang mewah, kesehatan, dan teknologi.

Baca Juga  Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Investasi Tanah

Sementara itu, ekuitas Jepang terus menunjukkan kinerja baik di tengah pelemahan yen pada triwulan ketiga 2022. Pada triwulan pertama, semua sektor kecuali komunikasi melaporkan pendapatan positif tak terduga. DBS memperkirakan pendapatan akan pulih di bisnis hotel, restoran, perjalanan, dan aktivitas terkait pengeluaran konsumen. Pelemahan yen akan membuat inflasi akibat perubahan harga atau kondisi nilai mata uang asing di luar negeri (imported inflation) meningkat, tetapi sektor ekspor, seperti mesin, otomotif, semikonduktor, dan kosmetik, akan diuntungkan oleh pelemahan yen.

  • Pergeseran ke arah suku bunga lebih tinggi mensyaratkan tuntutan peningkatan kualitas.

Mengingat pergeseran suku bunga lebih tinggi, dan dampak kenaikannya, serta lonjakan utang di seluruh dunia, diperkirakan risiko kredit pertama-tama berasal dari wilayah ekonomi paling berpengaruh. Bank DBS melakukan analisis risiko di seluruh pasar utama dan menemukan bahwa margin diskon perusahaan dengan peringkat investasi (DM IG) tetap dalam posisi terbaik untuk mengatasi tingkat suku bunga tinggi. Sebab, risiko pembiayaan kembali mereka lebih rendah, fundamental kredit lebih kuat, dan arus kas yang dihasilkan lebih besar. Sektor energi dan material diperkirakan akan tetap kuat, sementara perusahaan utilitas dan konsumen justru akan menghadapi tekanan.

  • Aset Swasta

Pasar swasta telah menikmati arus modal kuat dan utang (atau dana) murah selama bertahun-bertahun kebijakan moneter akomodatif (suku bunga rendah). Namun, akhir dari dana murah ini dapat merupakan awal baru investasi aset swasta, membuka peluang sekaligus tantangan, yang menuntut investor untuk bersikap lebih selektif. Suku bunga lebih tinggi dapat memunculkan risiko dari nilai utang yang lebih tinggi dari ekuitas, tantangan dalam meraih modal, dan kenaikan tingkat gagal bayar. DBS menekankan alokasi ke berbagai aset swasta sebagai langkah diversifikasi.

  • Sisi komoditas tidak berubah di tengah perlambatan pertumbuhan global
Baca Juga  Keunggulan Investasi “Green Sukuk”

Setelah mencapai puncaknya pada triwulan pertama tahun ini, harga berbagai komoditas telah turun menyusul pengetatan kebijakan moneter, perlambatan pertumbuhan global, dan penguatan dollar AS tertinggi. Di antara berbagai kelas subaset, energi tetap paling tangguh (+50 persen sejak awal tahun), sementara logam relatif berkinerja buruk, di angka  kurang lebih 15 persen sejak awal tahun. DBS meenilai, investasi jangka panjang untuk komoditas tidak berubah.

  • Barang mewah dan layanan kesehatan akan diuntungkan oleh perubahan demografis struktural dan gaya hidup.

Pada triwulan IV ini, DBS menyoroti investasi barang mewah dan kesehatan sebagai penerima manfaat dari perubahan demografis dan pilihan gaya hidup baru.

Barang mewah telah menunjukkan pendapatan tangguh sebagai bukti permintaan konsumen kuat. Barang mewah akan tetap menjadi tren.

Sementara untuk layanan kesehatan, terlepas dari hambatan jangka pendek akibat gangguan pada rantai pasokan, Bank DBS yakin bahwa investasi segmen peralatan medis akan menghasilkan pertumbuhan kuat untuk industri kesehatan.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *