Menu
in ,

Tips Agar Kerja di Rumah tetap Produktif

Pajak.com, Jakarta – Budaya bekerja secara normal di kantor atau work from office (WFO) agaknya masih harus ditunda mengingat semakin tingginya angka kasus penularan Covid-19 beberapa waktu belakangan. Artinya, karyawan untuk sementara masih harus bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Mengutip artikel di laman situs Ditjen Kemenkeu, WFH adalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh (remote working), atau lebih tepatnya melakukan semua pekerjaan kantor dari rumah.

Tren pola kerja remote working sebenarnya sudah dilakukan sejak sebelum ada pandemi Covid-19. Sistem WFH atau remote working pada dasarnya sama-sama dimaksudkan bekerja dari jarak jauh. Hanya saja, ada beberapa perbedaan antara WFH dengan remote working, terutama dalam hal jam kerja. Pola kerja WFH biasanya mengharuskan para pekerja untuk mengikuti peraturan dari perusahaan masing-masing. Misalnya ada yang memberlakukan jam kerja di rumah sama dengan jam kerja kantor. Namun, ada pula yang memberi kebebasan jam kerja dengan syarat pekerjaan dapat selesai sesuai target yang ditentukan. Kebebasan jam kerja inilah yang merupakan bagian dari pola kerja remote working secara umum.

Menurut ulasan laman situs teknologi Skill Crush, remote working adalah pola kerja yang lebih fleksibel. Para pekerja dengan pola kerja tersebut bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dari mana saja, asalkan target terpenuhi atau tugas terselesaikan. Namun, tentu saja pola kerja ini harus didukung oleh teknologi yang memadai.

Saat ini, sejumlah perusahaan besar dikabarkan akan mulai beradaptasi untuk menerapkan remote working penuh waktu atau disebut dengan full remote work (FRW). Merujuk hasil riset Gartner, sebanyak 74 persen perusahaan di dunia tengah bersiap untuk menerapkan remote working secara permanen, yang akan diberlakukan setidaknya pada 5 persen karyawan.

Pertengahan Tahun lalu Twitter mengumumkan membebaskan karyawannya untuk WFH tanpa batas waktu. Mark Zuckerberg pun tak jauh beda. Ia menyatakan, Facebook memberikan kesempatan bekerja 50:50 antara rumah dan kantor dalam 10 tahun mendatang. Begitu juga dengan Google. Sementara riset yang dilakukan Microsoft menunjukkan, 66 persen dari perusahaan-perusahaan yang menjadi respondennya berencana untuk merancang lingkungan kerja hybrid. Work is no longer a place. It’s all about what you do—not necessarily where you do it from. Meski demikian ada jenis pekerjaan yang memang tak bisa dibawa pulang. Misalnya terkait peralatan yang digunakan atau alasan lainnya sehingga konsep remote working tak bisa diterapkan.

Meski demikian bagi sebagian orang, WFH terasa membosankan. Berikut ini tip agar WFH tetap produktif, dan tidak membuat stres.

Bekerja di rumah bukan berarti bisa bermalas-malasan. Usahakan bisa tetap bangun tidur di pagi hari dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Agar bisa bangun pagi, pastikan porsi istirahat malam tercukupi. Bangun tidur, jangan langsung kerja. Olahraga secukupnya, mandi dan sarapan pagi.

Meski di rumah, tetap gunakan pakaian bersih dan nyaman. Sebab, pakaian yang bersih dan nyaman akan meningkatkan mood kerja. Kondisi pakaian bersih, juga akan menjauhkan diri dari kuman dan virus.

Pilih posisi kerja yang tetap nyaman. usahakan bekerja di meja dan kursi kerja yang dekat dengan jendela. Namun, untuk menghindari bosan, bisa juga berpindah-pindah tempat.

Jangan lupa pula sedia air putih di samping tempat kerja. Dan yang lebih penting, jangan keasyikan dengan kesibukan kerja dan lupa waktu makan.

Terakhir tetapi tak kalah penting, untuk menghindari bosan dan pekerjaan stagnan, berkomunikasilah dengan partner kerjamu via media komunikasi. Supaya pekerjaan tetap lancar, usahakan untuk tetap ikuti perkembangan di grup kantor.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version