in ,

Pertumbuhan Ekonomi Terjaga, Ciptakan Lapangan Kerja

Pertumbuhan Ekonomi Terjaga
FOTO: IST

Pertumbuhan Ekonomi Terjaga, Ciptakan Lapangan Kerja

Pajak.com, Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu memastikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif terjaga di tengah meningkatnya risiko dan perlambatan ekonomi global, yaitu 4,94 persen hingga kuartal III-2023. Pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga ini mampu menciptakan tambahan lapangan kerja sebanyak 4,55 juta orang.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah tantangan global. Pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga turut mendorong perbaikan kondisi ketenagakerjaan Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang konsisten menurun hingga mencapai level 5,32 persen pada Agustus 2023, dari sebelumnya 5,86 persen pada Agustus 2022,” ungkap Febrio dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, (9/11).

Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 5,1 persen hingga kuartal III-2023. Laju konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat dan terkendalinya tingkat inflasi.

“APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) telah menjalankan fungsinya sebagai stabilisator dan shock absorber untuk melindungi masyarakat dengan baik, yakni dengan pemberian bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penguatan distribusi pasokan pangan. Selain itu, koordinasi pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga,” ujar Febrio.

Baca Juga  Jaga Ekonomi Nasional, Wamenkeu Beberkan Strategi Hadapi Konflik Timur Tengah 

Dari sisi investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), kinerjanya tercatat impresif. Pertumbuhan PMTB tercatat sebesar 5,8 persen pada kuartal III-2023. Ekspansi aktivitas konstruksi mendorong kinerja PMTB bangunan yang tumbuh mencapai 6,3 persen sejalan dengan penjualan semen domestik yang tumbuh sebesar 8,4 persen. Di periode yang sama, pertumbuhan belanja modal Pemerintah yang mencapai 32,4 persen turut mendorong pertumbuhan barang modal bangunan.

“Konektivitas yang semakin maju dan stabilitas perekonomian dalam negeri menjaga keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi. Sementara itu, kinerja pertumbuhan nonbangunan terjadi pada investasi kendaraan yang tumbuh mencapai 21,3 persen,” kata Febrio.

Kendati demikian, ekspor barang dan jasa terkontraksi sebesar 4,3 persen akibat pelemahan permintaan global. Penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di banyak negara akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia.

“Meskipun pertumbuhan ekspor Indonesia secara nilai termoderasi, volume ekspor produk hilirisasi, seperti ekspor besi baja dan ekspor nikel tumbuh kuat. Keberlanjutan hilirisasi SDA (sumber daya alam) diharapkan dapat semakin meningkatkan daya saing ekspor dan memperkuat posisi Indonesia di dalam peta perdagangan internasional. Sementara itu, impor pada kuartal III-2023 juga terkontraksi sebesar 6,2 persen, terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong,” ungkap Febrio.

Baca Juga  Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Kerja Sama Pemensiunan Dini Pembangkit Listrik Batu Bara

Dari sisi produksi, kinerja sektor-sektor unggulan pun tumbuh positif, termasuk sektor primer. Sektor pertanian tumbuh relatif moderat sebesar 1,5 persen, salah satunya disebabkan oleh perubahan cuaca. Sementara, sektor pertambangan tumbuh kuat pada sebesar 7 persen—ditopang oleh subsektor pertambangan bijih logam yang tumbuh sebesar 17,8 persen.

“Pertumbuhan pertambangan bijih logam didorong oleh permintaan domestik untuk kebutuhan barang input industri logam dasar terutama olahan nikel,” tambah Febrio.

Sementara itu, sektor manufaktur dan perdagangan masih menjadi kontributor utama dari sisi produksi. Sektor manufaktur tumbuh kuat sebesar 5,2 persen, ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan tingginya permintaan atas komoditas hilirisasi khususnya mineral.

“Untuk industri elektronik serta logam dasar mampu tumbuh kuat, masing-masing sebesar 13,7 persen dan 10,9 persen. Sementara, industri alat angkutan dan barang galian nonlogam mampu tumbuh masing-masing sebesar 7,3 persen dan 7,2 persen, didorong oleh peningkatan permintaan domestik serta peningkatan produksi kendaraan bermotor dan permintaan semen domestik. Sejalan dengan pertumbuhan sektor manufaktur yang kuat, sektor perdagangan juga mampu tumbuh cukup kuat sebesar 5,1 persen, utamanya didorong oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor dan suku cadang,” urai Febrio.

Baca Juga  PropertyGuru Indonesia Property Awards 2024 Perkenalkan Kategori Baru 

Kemudian, sektor penunjang pariwisata juga mampu tumbuh double digit dan melanjutkan tren pertumbuhan kuat pada kuartal III-2023. Sektor transportasi tercatat tumbuh sebesar 14,7 persen karena didorong oleh kuatnya kinerja gemilang transportasi udara dan pergudangan. Hal ini seirama dengan pertumbuhan sektor transportasi dan sektor akomodasi yang mampu tumbuh sebesar 10,9 persen.

“Arus pariwisata mancanegara terus masuk dengan kuat ke dalam negeri. Rata-rata level kunjungan turis asing terus naik pada kuartal III-2023, mencapai 1,1 juta per bulan. Penyelenggaraan gelaran, baik level nasional maupun internasional juga mendorong daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata,” ungkap Febrio.

Secara spasial, tren pertumbuhan positif juga terjadi di semua kawasan. Pulau Jawa sebagai kontributor utama perekonomian nasional mampu tumbuh sebesar 4,8 persen. Kinerja sektor manufaktur dan jasa menopang pertumbuhan ekonomi pada kawasan ini.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *