Perjanjian IEU-CEPA Hampir Rampung, Indonesia Bersiap Genjot Ekspor ke Uni Eropa
Pajak.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia memastikan bahwa perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) telah mencapai lebih dari 90 persen tahap finalisasi teks.
Langkah ini menjadi penentu penting untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia ke Uni Eropa, yang pada 2024 telah mencatatkan nilai perdagangan sebesar 30,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan surplus perdagangan mencapai 4,5 miliar dolar AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa substansi perjanjian sudah hampir disepakati seluruhnya. Ia menyampaikan optimismenya bahwa Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa dapat segera mengumumkan kesepakatan bersama.
“Proses perundingan substansi IEU-CEPA ini sudah masuk tahap terakhir, dan hampir seluruh substansi sudah disepakati,” ujar Airlangga dalam Diseminasi Perundingan IEU-CEPA, dikutip Pajak.com pada Senin (16/6/25).
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kunjungan Komisioner UE Maroš Šefčovič ke Indonesia pada September 2025 nanti akan dimanfaatkan untuk menandatangani notulen atau memorandum awal, yang akan dilanjutkan dengan proses ratifikasi oleh 27 negara anggota Uni Eropa dan Indonesia.
Komoditas Unggulan dan Potensi Ekspor
Perjanjian ini membuka akses pasar lebih luas bagi berbagai produk unggulan Indonesia seperti minyak kelapa sawit dan turunannya, produk perikanan, alas kaki, tekstil, besi baja, fatty acids, dan produk berbasis karet. Pada 2024, kontribusi ekspor Indonesia ke UE mencapai 17,35 miliar dolar AS atau 6,5 persen dari total ekspor nasional.
Studi dari CSIS (2021) dan Sustainability Impact Assessment Komisi Eropa (2020) menunjukkan bahwa IEU-CEPA berpotensi mendorong pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 0,19 persen, menambah pendapatan nasional hingga 2,8 miliar dolar AS, dan meningkatkan ekspor ke Uni Eropa sebesar 57,76 persen dalam tiga tahun.
“Kalau ekspor kita naik 50 persen itu setara dengan Vietnam ataupun Malaysia tahun ini. Dengan IEU-CEPA ini, tarif-tarif yang sebelumnya 8–12 persen bisa ditekan jadi 0 persen,” kata Airlangga.
Untuk memaksimalkan manfaat perjanjian ini, pemerintah menekankan pentingnya kesiapan industri domestik, harmonisasi kebijakan lintas sektor, dan penguatan ekosistem ekspor. Pemerintah juga mendorong agar Uni Eropa memberikan perlakuan preferensial untuk produk perikanan Indonesia, seperti yang sudah diterima oleh mitra dagang UE lainnya.
Selain sektor perikanan, kerja sama strategis dalam bidang energi terbarukan, kendaraan listrik, dan produk hilir pertanian juga menjadi bagian dari agenda IEU-CEPA.
“Indonesia perlu memastikan kesiapan industri domestik, memperkuat ekosistem pendukung ekspor, serta melakukan harmonisasi kebijakan lintas sektor,” jelasnya.
Uni Eropa merupakan pasar penting yang menawarkan peluang besar bagi diversifikasi ekspor Indonesia. Jika berhasil diratifikasi dan diimplementasikan, IEU-CEPA akan menjadi free trade agreement (FTA) pertama Indonesia dengan Uni Eropa, menyusul kesuksesan FTA antara UE dengan Vietnam dan Singapura yang telah meningkatkan kinerja ekspor kedua negara secara signifikan.
“Sebagai pembanding, pengalaman negara-negara Asia lain yang telah lebih dahulu menjalin perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa, seperti Vietnam dan Singapura, menunjukkan dampak positif yang signifikan terhadap kinerja ekspor mereka,” pungkas Airlangga.
Comments