Menu
in ,

Peredaran Uang Kartal saat Lebaran Capai Rp 154,5 Triliun

Peredaran Uang Kartal saat Lebaran Capai Rp 154,5 Triliun

FOTO : IST

Pajak.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat peredaran uang kartal (uang kertas dan logam) selama periode Lebaran tahun 2021 secara nasional sebesar Rp 154,5 triliun atau meningkat 41,5 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 109,2 triliun.

Kepala Divisi Relasi Media dan Opinion Maker Departemen Komunikasi BI Irfan Farulian menerangkan peningkatan perputaran uang itu mencerminkan asumsi pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro hingga kuartal kedua tahun 2021. BI optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 mencapai sekitar 4,1 persen hingga 5,1 persen.

“Selain itu, bertambahnya permintaan uang kartal pada periode Lebaran tahun ini juga disebabkan adanya program bantuan sosial tunai pemerintah yang dibayarkan bertepatan dengan periode Lebaran,” kata Irfan, dalam keterangan tertulis, pada Minggu (16/5).

Sementara itu, realisasi penarikan uang kartal perbankan di wilayah Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) hingga 11 Mei 2021 atau hari operasional terakhir sebelum Idulfitri mencapai Rp 34,8 triliun. Angka itu naik sekitar 61 persen dibandingkan dengan penarikan uang kartal pada periode Lebaran tahun lalu sebesar Rp 21,7 triliun.

“Artinya, pelarangan mudik Lebaran 2021 kali ini yang berada dalam masa PPKM mikro juga dapat diperhitungkan sebagai faktor penambah permintaan uang kartal pada periode Lebaran tahun ini,” kata Irfan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh positif hingga 7 persen. Adapun pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2021 sebesar 0,74 persen.

Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini menyebutkan, sejumlah indikator telah memperlihatkan tren pemulihan ekonomi, yaitu purchasing managers index (PMI) sebesar 54,6; indeks keyakinan konsumen (IKK) di zona hijau 101,5; kinerja ekspor 6,74 persen. Di samping itu, belanja pemerintah tumbuh positif, yakni Rp 523 triliun atau 15,6 persen dibandingkan tahun lalu. Beberapa sektor mengalami pertumbuhan, seperti sektor informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, pertanian, properti dan industri.

“Dengan adanya PPnBM (pajak penjualan atas barang mewah) dan PPN (pajak pertambahan nilai) ditanggung pemerintah ini sekarang sudah ke arah yang positif, dan terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Kita lihat PMTB (pembentukan modal tetap bruto) sudah mendekati 0 atau minus 0,23, kinerja ekspor impor membaik, bahkan lebih tinggi dari sebelum Covid-19. Demikian juga impor barang modal dan konsumsi 5,27 persen,” jelas Airlangga dalam konferensi pers virtual, pada Sabtu (15/5).

Airlangga mengimbau seluruh rakyat Indonesia untuk tetap disiplin protokoler kesehatan agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat terjaga. Jika sebaliknya, pemulihan ekonomi akan sulit tercapai.

Hal senada juga diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia optimistis angka positif Covid-19 bisa menurun dan pertumbuhan ekonomi berjalan sesuai proyeksi. Selain indikator ekonomi yang membaik, eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga melihat sinergi yang kuat antara kementerian/lembaga, dunia usaha, media, dan seluruh rakyat Indonesia. Semua serempak memulihkan Indonesia dari pandemi Covid-19.

“Kita sekarang memang masih berkonsentrasi fokus untuk betul-betul menjaga keseluruhan kesehatan dari sisi kesehatan fisik masyarakat dan kesehatan ekonomi agar kita bisa tidak hanya bertahan tapi juga pulih kembali,” kata Sri Mulyani.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version