in ,

Menperin Agus Gumiwang Buka Suara Terkait Isu Deindustrialisasi

Menperin Agus Gumiwang
FOTO: IST

Menperin Agus Gumiwang Buka Suara Terkait Isu Deindustrialisasi

Pajak.com, Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menepis anggapan bahwa Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi dini. Ia menegaskan bahwa industri manufaktur justru terus tumbuh dan tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Dengan kontribusi yang meningkat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) serta pertumbuhan positif di sektor otomotif, Menperin optimistis industri nasional masih berada dalam jalur yang sehat.

Agus mengungkapkan bahwa kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri manufaktur terhadap PDB pada kuartal III-2024 tercatat sebesar 17,18 persen dan meningkat menjadi 19,13 persen pada kuartal IV-2024.

“Kontribusi manufaktur terhadap PDB nasional tersebut, menurut pandangan kami cukup sehat, dengan angka pertumbuhan 4,43 persen,” ujar Agus saat membuka IIMS 2025 di Jakarta, dikutip Pajak.com pada Jumat (14/2/2025).

Lebih lanjut, sektor manufaktur juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi dalam perekonomian nasional, dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,90, atau sekitar 20 persen dari total pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini masih menjadi yang paling dominan, disusul oleh sektor perdagangan.

Baca Juga  Menteri Investasi dan Menaker Perkuat Sinergi untuk Serap 2,9 Juta Tenaga Kerja

“Kontribusi manufaktur terhadap PDB dari tahun ke tahun terus meningkat, pada tahun 2022 sebesar 18,34 persen, kemudian tahun 2023 menjadi 18,67 persen, dan tahun 2024 lalu kontribusinya 18,98 persen. Jadi, artinya kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sejak tahun 2022 selalu meningkat,” jelas Agus.

Bantah Isu Deindustrialisasi Dini

Melihat tren pertumbuhan industri yang positif, Agus menegaskan bahwa Indonesia tidak mengalami deindustrialisasi dini, seperti yang dikhawatirkan oleh beberapa pengamat.

“Jadi, semua data ini seharusnya mematahkan apa yang menjadi pandangan dari para pengamat itu, belum lagi kalau kita membuka buku dan teori-teori yang berkaitan dengan industri dan data-data yang tersedia,” tegasnya.

Selain manufaktur secara keseluruhan, industri otomotif juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Saat ini, produksi kendaraan roda dua di Indonesia telah mencapai 6,91 juta unit, dengan penjualan yang tumbuh hingga 6,33 juta unit.

Tak hanya itu, ekspor kendaraan dalam bentuk Completely Built Up (CBU) sudah mencapai 572 ribu unit, sedangkan untuk Completely Knocked Down (CKD) mencapai 46 ribu unit. Sementara itu, ekspor part by part telah menyentuh angka 153 juta unit.

Baca Juga  Perusahaan yang Telat Bayar THR Karyawan, Siap-siap Kena Denda 5 Persen

“Melalui kinerja ini, telah banyak melibatkan industri kecil dan menengah,” ungkap Agus.

Dalam kesempatan itu, Agus juga menyoroti rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang masih tergolong rendah, yakni 99 unit per 1.000 orang. Angka ini menunjukkan bahwa masih terdapat ruang pertumbuhan yang besar bagi industri otomotif nasional. Sebagai perbandingan, rasio kepemilikan mobil di beberapa negara lain jauh lebih tinggi, seperti Malaysia dengan 490 unit per 1.000 orang, Thailand sebesar 275 unit per 1.000 orang, serta Singapura yang mencapai 211 unit per 1.000 orang.

Sementara itu, negara-negara dengan industri otomotif yang lebih matang memiliki rasio yang jauh lebih tinggi, seperti Korea Selatan dengan 530 unit per 1.000 orang, Jepang sebesar 670 unit per 1.000 orang, dan Australia yang mencapai 776 unit per 1.000 orang. Dengan perbandingan ini, Menperin melihat adanya peluang besar bagi pertumbuhan industri otomotif nasional, baik dalam produksi maupun penjualan kendaraan di dalam negeri.

Baca Juga  Realisasi Pemberian THR untuk ASN Pusat, Daerah Hingga Pensiunan Hari ke-3 Tembus Rp26,47 Triliun

Selain itu, pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia juga menunjukkan tren positif. Pada tahun 2024, jumlah kendaraan listrik mencapai lebih dari 207 ribu unit, meningkat 78,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Oleh karena itu, kami menyambut baik kehadiran merek-merek baru dalam partisipasinya di IIMS tahun ini. Kami berharap kehadiran merek-merek baru ini dapat memperluas pasar otomotif di Indonesia,” tutur Agus.

Agus juga mengingatkan para produsen otomotif agar tidak hanya mengandalkan impor, tetapi juga memperkuat produksi dalam negeri dan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Hal ini bertujuan untuk mendorong industri nasional, terutama industri kecil dan menengah (IKM), agar semakin berkembang dan mampu bersaing di pasar global.

“Setelah itu, bisa untuk menjajaki pasar ekspor yang lebih luas,” pungkasnya.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *