Menu
in ,

Ketahanan Pangan dengan Diversifikasi dan Teknologi

Ketahanan Pangan dengan Diversifikasi Pangan, Optimalisasi Lahan dan Implementasi Teknologi

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Pandemi Covid-19 sempat menimbulkan fenomena panic buying di beberapa tempat di Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan adanya kegiatan impor yang terhambat karena kebijakan lockdown dan masing-masing negara mengutamakan kebutuhan domestik mereka. Fenomena itu menunjukkan bahwa upaya pemenuhan pangan dalam negeri untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui upaya berkelanjutan melalui diversifikasi pangan, optimalisasi lahan, dan implementasi teknologi.

Mengacu data Global Food Security Index (GFSI), angka ketahanan pangan Indonesia cenderung membaik. Pada tahun 2016, Indonesia masih berada di peringkat 71 dari 113 negara yang diobservasi dan di tahun 2020 naik ke peringkat 65. Namun, laju peningkatannya belum maksimal seiring dengan kebutuhan yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi.

Sebagai salah satu komponen ketahanan pangan, peningkatan produktivitas pertanian sangat berpengaruh untuk mendorong ketersediaan pasokan pangan dalam negeri. Namun, selama ini petani menemukan berbagai tantangan untuk meningkatkan produktivitas mereka. Hambatan itu di antaranya terkait skala usaha, luas lahan garapan dan proses menanam yang belum ekonomis; situasi cuaca yang semakin tidak menentu; hingga harga jual hasil panen yang fluktuatif akibat permintaan pasar yang menurun.

Dalam setahun terakhir, nilai tukar petani (NTP) menurun. NTP adalah salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan petani. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, meski berfluktuasi, NTP cenderung turun dari 104,16 pada Januari tahun 2020 menjadi 103,26 pada Januari 2021.

Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan, untuk menghadapi tantangan global, termasuk pandemi Covid-19, pengelolaan pertanian yang adaptif dan inovatif penting dilakukan agar ketahanan pangan menjadi lebih baik dan tangguh. Apalagi, dalam masa pandemi ini petani wajib dilindungi secara memadai. Rahmad mengatakan, beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain berkolaborasi dengan offtaker, saling berbagi pengalaman, dan memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhan primer berupa pangan. Hal ini juga dilakukan oleh produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, Pupuk Kaltim.

Meskipun banyak tantangan yang muncul di tengah pandemi, Rahmad mengajak masyarakat untuk memunculkan berbagai kesempatan dan inovasi baru yang mampu mendukung ketahanan pangan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan Pupuk Kaltim untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan produktivitas mereka adalah melalui program Agro-Solution.

“Dengan memerhatikan unsur masyarakat, lingkungan, dan ekonomi, Pupuk Kaltim senantiasa melakukan pendampingan intensif kepada petani dan budidaya pertanian secara berkelanjutan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional yang lebih baik, kata Rahmad melalui siaran pers Rabu, (10/3/21). Selain inovasi pemberdayaan petani, Pupuk Kaltim juga melakukan berbagai inovasi lainnya yang bisa diterapkan untuk mendukung ketahanan pangan.

Pertama, diversifikasi bahan pangan. Program ini untuk memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia tercukupi. Diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, menyediakan pangan alternatif selain beras, menggerakkan ekonomi, dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Diversifikasi pangan juga dapat memperbaiki kualitas tanah dan mengurangi hama dan penyakit.

Kedua, optimalisasi lahan sawah melalui metode pertanian pola integrated farming atau pola pertanian terpadu. Penerapan pertanian terpadu adalah konsep peningkatan pendapatan ekonomi lahan yang berbasis lingkungan dan berkelanjutan, serta mengintegrasikan pertanian dan peternakan. Konsep ini merupakan zero waste, yakni meminimalkan penggunaan eksternal dan memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki. Model optimalisasi lahan sawah ini merupakan terobosan untuk meningkatkan produksi dan secara holistiknya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Ketiga, implementasi teknologi berbasis industri 4.0 untuk efisiensi. Melalui penerapan teknologi mutakhir seperti robot yang merawat ladang secara mandiri dan mesin otomatis untuk memerah susu sapi. Upaya ini mampu meningkatkan hasil kualitas dan efisiensi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Pengembangan implementasi teknologi di perusahaan merupakan langkah peningkatan daya saing di kancah nasional maupun global.

“Kami telah mengimplementasikan teknologi berbasis industri 4.0 di seluruh lini perusahaan, mulai dari Smart Operation, Smart Maintenance, Smart Distribution, hingga Digital Performance Management System. Untuk memaksimalkan inovasi, Pupuk Kaltim juga bekerja sama dengan berbagai institusi dan lembaga pendidikan maupun riset di Indonesia untuk berbagai terobosan berbasis digital,” kata Rahmad.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version