KADIN Luncurkan “White Paper” Strategi Capai Pertumbuhan 8 Persen, Digitalisasi hingga UMKM Jadi Kuncinya
Pajak.com, Jakarta – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia meluncurkan ‘White Paper Arah Pembangunan dan Kebijakan Bidang Ekonomi 2024-2029’. Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid menjelaskan, white paper ini merupakan dokumen strategis yang disusun oleh asosiasi sebagai panduan serta rekomendasi strategi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen—sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Beberapa kunci strateginya adalah fokus pengembangan digitalisasi hingga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“KADIN Indonesia terus komitmen sebagai mitra strategis pemerintah untuk membangun ekonomi Indonesia 5 tahun ke depan. Dunia usaha nasional optimistis target pertumbuhan ekonomi kuncinya adalah kolaborasi dan alignment antara pemerintah dan dunia usaha, di mana KADIN Indonesia memainkan peran sebagai enabler yang menjembatani kedua belah pihak,” ungkap Arsjad dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, (28/11).
Dokumen white paper secara rinci menjelaskan tantangan serta isu terkini disertai dengan inisiatif utama (bold moves) yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan demikian, KADIN meyakini white paper ini relevan dengan kondisi Indonesia untuk 5 tahun ke depan. Secara simultan, Arsjad menyebut dokumen tersebut bisa menjadi panduan sinergi dunia usaha membangun perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan.
“Dokumen ini menerjemahkan visi Asta Cita Presiden Prabowo ke dalam langkah konkret dan memberi fokus lebih mendetail pada sektor kunci pertumbuhan, seperti digitalisasi, industri, energi, dan UMKM. Karena pelaksanaan beberapa program ekonomi, seperti pengembangan industri dan digitalisasi masih butuh pendekatan lebih konkret,” tambah Arsjad.
Oleh karena itu, KADIN merumuskan 4 pilar strategis dalam white paper-nya, yaitu meningkatkan ketahanan, mendorong kesejahteraan, memperkuat inklusivitas, dan memajukan keberlanjutan, yang diturunkan dalam inisiatif utama sebagai panduan mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Inisiatif utama tersebut berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 7-8 persen per tahun.
“KADIN Indonesia juga melakukan proyeksi PDB berdasarkan tambahan kumulatif 450-500 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dari seluruh inisiatif utama selama 2024-2029. Dari proyeksi itu, terdapat 7 tema pertumbuhan teratas yang berpotensi memberikan kontribusi lebih dari 80 persen dari estimasi total dampak PDB di rentang 2024-2029, yakni dari bidang infrastruktur kesehatan, ketahanan energi, UMKM, manufaktur, bisnis hijau dan berkelanjutan, serta ketahanan pangan,” jelas Arsjad.
Ia menambahkan, penulisan white paper KADIN disusun berdasarkan hasil kolaborasi bersama 8 mitra, yaitu 5P Global Movement, Boston Consulting Group, DayaLima, Hukum Online, Indonesian Business Council (IBC), Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), McKinsey & Company, dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
“White paper ini menghimpun masukan melalui survei yang melibatkan 1.618 pengurus KADIN pusat dan daerah, serta 48 Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan 180 lebih pengurus KADIN pusat, 125 lebih Anggota Luar Biasa KADIN, dan 24 KADIN provinsi,” imbuh Arsjad.
Pada kesempatan yang sama, Director Policy and Program IBC Prayoga Wiradisturi menyampaikan bahwa tema terkait membangun pusat pengembangan bisnis hijau terbesar di dunia, menjadi usulan topik pertumbuhan strategis yang sejalan dengan pemikiran IBC. Sebab tema itu menjadi salah satu langkah membuka perdagangan karbon untuk mendanai dekarbonisasi.
“Pembentukan Carbon Market Knowledge Center (CMKC) adalah langkah strategis yang diperlukan untuk merealisasikannya. Inisiatif ini bertujuan mendukung pertumbuhan inklusif dan keberlanjutan energi terbarukan untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau,” ungkap Prayoga.
Sementara itu, Chairperson 5P Global Movement Indonesi William Sabandar, mengatakan bahwa penguatan inklusivitas penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui pendekatan di beberapa aspek, mulai sosial, politik dan tata kelola, ekonomi, ekologi dan keberlanjutan, budaya dan sosial, serta keamanan dan stabilitas.
“Inklusivitas mendorong peran masyarakat segala lapisan, penting untuk pertumbuhan ekonomi,” kata Wiliam.
Adrian Dimitri perwakilan dari Boston Consulting Group berpandangan, Indonesia sebagai salah satu ekonomi terbesar perlu memprioritaskan sektor strategis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Pemetaan prioritas mencakup 20 subsektor dengan fokus pada penguatan pasar domestik, peningkatan ekspor, dan dukungan pemerintah melalui insentif serta infrastruktur,” pungkas Dimitri.
Comments