Menu
in ,

Jaga Inflasi, BI Tetap Tahan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

Jaga Inflasi, BI Tetap Tahan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain suku bunga acuan, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Di sisi lain, Perry mengemukakan bahwa pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021 tetap berada dalam kisaran 3,5%-4,3%. Pasalnya, BI melihat kinerja perekonomian domestik kembali membaik secara bertahap.

Hal ini, lanjut Perry, dipengaruhi oleh membaiknya mobilitas masyarakat sejalan dengan pelonggaran kebijakan PPKM, sebagai dampak respons penanganan Covid-19 yang semakin baik. Dia bilang, pada periode Agustus hingga awal September 2021, aktivitas ekonomi domestik berangsur membaik, setelah mengalami perlambatan pada Juli 2021.

“Hal tersebut tecermin pada kinerja berbagai indikator dini seperti penjualan eceran, ekspektasi konsumen, Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur, serta transaksi pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI) dan Real Time Gross Settlement (RTGS) yang kembali meningkat,” jelasnya saat Konferensi Pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan September 2021, secara virtual, Selasa (21/9).

Sementara di sisi eksternal, Perry mengungkap bahwa kinerja ekspor terus meningkat didukung oleh tetap kuatnya permintaan mitra dagang utama.

“Ke depan, perbaikan ekonomi diperkirakan terus berlanjut sejalan dengan akselerasi vaksinasi, kinerja ekspor yang tetap kuat, pembukaan sektor-sektor prioritas yang semakin luas, dan stimulus kebijakan yang berlanjut,” imbuhnya.

Di samping itu, ia mengemukakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik. Kinerja transaksi berjalan juga diproyeksi membaik didorong oleh surplus neraca barang yang berlanjut.

“Neraca perdagangan Agustus 2021 mencatat surplus sebesar 4,7 miliar dollar AS, tertinggi sejak Desember 2006. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan ekspor komoditas utama seperti crude palm oil (CPO), batu bara, besi dan baja, serta bijih logam, di tengah kenaikan impor seiring dengan perbaikan ekonomi domestik,” ungkapnya.

Sementara itu, aliran masuk modal asing berlanjut dengan investasi portofolio mencatat net inflows sebesar 1,5 miliar dollar AS pada periode Juli hingga 17 September 2021.

Kemudian, posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2021 meningkat menjadi sebesar 144,8 miliar dollar AS, setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta melampaui kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Ke depan, defisit transaksi berjalan pada 2021 diprakirakan tetap rendah di kisaran 0,6%-1,4% dari PDB, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia,” ujar Perry.

Ia pun memastikan bahwa kondisi likuiditas perbankan tetap longgar, berkat kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi BI dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

“Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp 122,30 triliun pada tahun 2021 (hingga 17 September 2021). Bank Indonesia melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp 139,84 triliun (hingga 17 September 2021) yang terdiri dari Rp 64,38 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO),” katanya.

Untuk itu, pihaknya akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha di sektor-sektor prioritas. Agar, pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan bisa terus digenjot.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version