in ,

Inflasi Terkendali, Aktivitas PMI Manufaktur Ekspansi Lebih Tinggi

PMI Manufaktur
FOTO: IST

Inflasi Terkendali, Aktivitas PMI Manufaktur Ekspansi Lebih Tinggi

Pajak.com, Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan bahwa, mengawali tahun 2025, sektor manufaktur Indonesia menunjukkan performa yang impresif. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencatatkan angka 51,9 pada Januari, naik dari 51,2 di Desember 2024. Capaian ini menjadi yang tertinggi sejak Juni 2024, menandakan ekspansi yang semakin kuat di tengah kondisi ekonomi global yang penuh tantangan.

Peningkatan ini didorong oleh kenaikan produksi dan permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun ekspor. “Kenaikan PMI manufaktur ini menjadi sinyal positif mengawali tahun 2025 ini. Momentum ini akan terus dijaga, pemerintah berkomitmen menjaga kinerja sektor riil serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri,” ujar Febrio dalam keterangan resminya, dikutip Pajak.com pada Selasa (4/2/2025).

Selain PMI yang terus tumbuh, sejumlah indikator ekonomi lainnya turut mencerminkan geliat positif. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Desember 2024 meningkat 1,0 persen secara tahunan, naik dibandingkan November yang sebesar 0,9 persen. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia juga menunjukkan tren ekspansif di level 127,7, meningkat dari 125,9 pada bulan sebelumnya.

Baca Juga  Pemerintah Beri Diskon Tarif Paket Internet 50 Persen Periode Lebaran 2025

Aktivitas dunia usaha juga mencatatkan peningkatan signifikan, terlihat dari penjualan listrik industri yang tumbuh 4,3 persen (year on year/yoy), jauh melampaui pertumbuhan 1,5 persen di bulan sebelumnya. Data ini menegaskan bahwa konsumsi energi di sektor industri mengalami peningkatan seiring dengan naiknya aktivitas produksi.

Kenaikan permintaan ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Banyak perusahaan mulai menambah tenaga kerja serta memperbesar stok bahan baku dan barang jadi guna mengantisipasi lonjakan penjualan di bulan-bulan mendatang.

Tren Global: Ekspansi di Tengah Tantangan

Di tingkat global, mitra dagang utama Indonesia menunjukkan kinerja manufaktur yang positif. India mencatatkan PMI manufaktur di angka 58,0, sedangkan Amerika Serikat dan Tiongkok sama-sama berada di level 50,1, menunjukkan ekspansi meski tipis.

Namun, kondisi berbeda terjadi di beberapa negara ASEAN yang masih mengalami kontraksi. Thailand mencatat PMI sebesar 49,6, Vietnam 48,9, dan Malaysia 48,7. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia menghadapi tantangan eksternal, kinerja manufaktur domestik tetap mampu tumbuh secara solid.

Baca Juga  Airlangga Sebut Daya Beli Masyarakat Meningkat, Sektor Manufaktur Tumbuh Jelang Idulfitri 2025

Kabar baik lainnya datang dari sisi inflasi. Pada Januari 2025, inflasi tercatat turun menjadi 0,76 persen yoy, jauh lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang sebesar 1,57 persen. Secara bulanan, terjadi deflasi sebesar 0,76 persen (month to month/mtm), terutama berkat program diskon tarif listrik di tengah naiknya harga beberapa komoditas pangan akibat musim hujan.

“Kebijakan program diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada sebagian besar pengguna merupakan bagian dari program pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi. Kebijakan ini berdampak positif bagi perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” jelas Febrio.

Komponen inflasi inti tetap menunjukkan tren penguatan, mencapai 2,36 persen yoy, mencerminkan permintaan domestik yang terus tumbuh. Kelompok pengeluaran seperti pakaian dan alas kaki, pendidikan, peralatan rumah tangga, serta perawatan pribadi mengalami kenaikan harga.

Baca Juga  Ekspor Indonesia Naik 2,58 Persen, Capai 21,98 Miliar Dolar AS pada Februari 2025

Namun, inflasi harga bergejolak mencapai 3,07 persen yoy akibat kenaikan harga pangan seperti produk unggas, cabai rawit, dan ikan segar. Di sisi lain, komponen harga yang diatur Pemerintah justru mengalami deflasi signifikan sebesar 6,41 persen, berkat program diskon tarif listrik dan normalisasi tarif transportasi pasca libur Natal dan Tahun Baru.

Pemerintah berkomitmen untuk menjaga stabilitas inflasi dan mendukung daya beli masyarakat. Upaya ini dilakukan melalui koordinasi yang kuat antara pusat dan daerah lewat Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

“Pemerintah secara konsisten melakukan kebijakan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan, termasuk meningkatkan produksi dan memperkuat cadangan pangan guna mencapai ketahanan pangan. Dalam mempersiapkan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri, Pemerintah akan terus memitigasi risiko gejolak yang mungkin terjadi,” tutup Febrio.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *