Menu
in ,

APBN Berfungsi Optimal Selamatkan Kontraksi Ekonomi

Pajak.com, Jakarta – Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Rofyanto Kurniawan mengatakan, APBN telah berfungsi optimal menangani dampak Covid-19, sehingga tidak terjadi kontraksi ekonomi yang terlalu dalam.

“APBN berfungsi optimal sebagai instrumen kebijakan countercyclical, manfaat belanja negara dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Seluruh program dimonitor dan dipertanggungjawabkan,” kata Rofyanto dalam webinar bertajuk PEN: Belanja Negara untuk Memastikan Pertumbuhan Ekonomi Kembali Positif, pada Kamis (10/6).

Ia lantas menjelaskan, APBN telah bekerja keras sepanjang 2020. Tanpa intervensi APBN, kontraksi ekonomi 2020 akan semakin parah. Buktinya, pertumbuhan ekonomi perlahan membaik sepanjang 2020, dari awalnya terkontraksi minus 5,32 persen pada kuartal II, menjadi minus 3,49 persen pada kuartal III, dan kembali bergerak naik menjadi minus 2,19 persen pada kuartal IV.

“Melalui pelebaran defisit APBN 2020 hingga 6,1 persen produk domestik bruto (PDB), realisasi belanja negara Rp 2.593 triliun, termasuk realisasi PEN Rp 575,8 triliun, Negara hadir mencegah kontraksi ekonomi lebih dalam akibat pandemi di 2020,” jelas Rofyanto.

Di kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Kunta Wibawa menambahkan, tren pemulihan kembali terjadi pada tahun 2021. Hal itu dapat terlihat dari kinerja manufaktur indonesia kembali menguat. Purchasing managers index (PMI) manufaktur kembali mencatatkan rekor 54,6, naik dari bulan sebelumnya yakni 53,2.

“Pertumbuhan pada output dan new orders terus berlanjut seiring dengan pulihnya ekonomi. Hal ini mendorong optimisme bisnis terus terjaga ke depannya. Tren pemulihan konsumsi masyarakat juga terus menguat, hal ini tercermin dari tingkat kepercayaan masyarakat yang mulai kembali ke level optimis dan jauh melampaui awal pandemi, sejalan dengan tren mobilitas masyarakat,” jelas Kunta.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh kementerian keuangan pada bulan April 2021 mengungkapkan, konsumen menggunakan 74,4 persen penghasilannya untuk konsumsi—lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 2020 sebesar 68,7 persen. Kemudian, indeks penjualan ritel hingga belanja negara pada April tumbuh sekitar 15,9 persen, impor bahan baku dan barang modal juga tumbuh 33,2 persen dan 11,6 persen.

“Intinya disini indikator-indikator tren-nya adalah pemulihan, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Meskipun kita sampaikan kewaspadaan tetap harus ada,” kata Kunta.

Ia memastikan, pemerintah akan terus bekerja keras mengupayakan pemulihan ekonomi pada tahun 2021 dengan beberapa kebijakan, khususnya terkait perlindungan sosial dengan total alokasi anggaran Rp 148,27 triliun; sektor kesehatan (penanganan Covid-19 dan vaksinasi) sebesar Rp 172,8 triliun atau naik 175,6 persen; dan stimulus lainnya.

Namun, pemerintah dan masyarakat harus memperkuat kerja sama dalam mengendalikan angka penularan Covid-19. Sebab terjadi peningkatan angka positif Covid-19 pada kisaran 5000-6000 per hari sejak tanggal 20 Mei 2021 atau periode setelah lebaran.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version