Ajib Hamdani Sebut Pemerintahan Prabowo Hadapi Tantangan Fiskal, Pengangguran, dan Kemiskinan
Pajak.com, Jakarta – Prabowo Subianto resmi menjadi Presiden Indonesia periode 2024-2029. Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Ajib Hamdani sebut ada 3 tantangan ekonomi yang perlu dicermati pemerintahan Prabowo, yaitu terkait fiskal, pengangguran, dan kemiskinan.
Pertama, tantangan fiskal yang mengalami tekanan. Ajib mengingatkan risiko defisit fiskal yang diakibatkan oleh alokasi belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 3.613,1 triliun. Di sisi lain, penerimaan negara ditargetkan hanya mencapai Rp 3.005,1 triliun.
“Artinya, potensi defisit lebih dari Rp 600 triliunan akan menjadi penambah utang negara. Termasuk juga problem fiskal dengan jatuh tempo hutang sekitar Rp 800 triliun tahun 2025. Dengan kompleksitas fiskal yang ada, jajaran kementerian keuangan diharapkan mempunyai terobosan yang solutif,” ujar Ajib kepada Pajak.com, (21/10).
Kedua, masih tingginya angka pengangguran yang sebesar 5,2 persen sepanjang tahun 2024. Ajib menilai, pencapaian investasi yang selalu melampaui target selama 5 tahun terakhir tidak bisa menjadi solusi utama untuk lebih banyak menyerap tenaga kerja.
“Bahkan terjadi paradoks, karena semakin banyak fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan angka rasio incremental output ratio (ICOR) kita terus mengalami peningkatan. Artinya, investasi mengalami penurunan dalam kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Ajib.
Ketiga, permasalahan kemiskinan. Ia berharap, pemerintah harus fokus mendorong kebijakan yang pro dengan pemerataan dan mendorong pengurangan angka kemiskinan. Dengan lebih dari 60 persen produk domestik bruto (PDB) ditopang oleh konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi akan berkelanjutan apabila kemiskinan bisa terus dikurangi dan daya beli masyarakat ditingkatkan.
“Data statistik tahun 2024 menunjukkan angka 9,03 persen atau sekitar 25 juta orang masuk dalam kelompok miskin. Tetapi, ada fakta menarik lain yang harusnya menjadi perhatian pemerintah, yaitu golongan masyarakat miskin yang menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Pusat BPJS lebih dari 96 juta orang. Artinya, pemerintah pun harus jeli dengan data awal sebagai fondasi kebijakan ke depannya. Masih banyak yang menjadi beban dengan ukuran masyarakat miskin ini, apakah 25 juta atau 96 juta orang?,” ungkap Ajib.
Ia mendorong Prabowo mengimplementasikan program prioritas dalam Asta Cita yang terdiri dari 8 program unggulan dengan 5 diantaranya mengenai ekonomi. Dengan mayoritas prioritas tersebut Ajib berpandangan bahwa Prabowo telah memahami masalah dan tantangan perekonomian ke depan.
“Dibutuhkan sebuah reformasi ekonomi struktural untuk bisa menjadi jalan keluarnya. Dibutuhkan serangkaian kebijakan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor sektor ekonomi melalui perubahan fundamental dalam sistem ekonomi, regulasi, dan infrastruktur,” ujar Ajib.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia mempunyai narasi besar menuju Indonesia Emas 2045. Untuk mencapai itu, Prabowo mempunyai target pertumbuhan ekonomi yang agresif mencapai 8 persen.
“Hal ini bisa tercapai, ketika jajaran kabinetnya mau dan mampu menterjemahkan program presiden dalam kerangka reformasi struktural tersebut,” imbuh Ajib.
Dalam pidato perdananya, Prabowo juga menyoroti perihal kemiskinan sebagai tantangan yang perlu diatasi dengan berbagai program prioritas, antara lain pemberian bantuan sosial yang tepat sasaran, makan bergizi gratis, swasembada pangan dan energi, hilirisasi, dan lain sebagainya.
“Sebagai pemimpin politik jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas, padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20, kita merasa bangga bahwa kita disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia. Tapi apakah kita sungguh-sungguh paham? Apa kita sungguh-sungguh melihat gambaran yang utuh dari keadaan kita? Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar?,” ujar Prabowo.
Comments