Menu
in ,

Maya Watono, Direktur Marketing InJourney

Maya Watono, Direktur Marketing InJourney

FOTO : IST

Pajak.comJakarta – Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Maya Watono sebagai Direktur Marketing dan Consumer Experience PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney. Penetapan yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri BUMN ini dilakukan sehari setelah Presiden Joko Widodo meluncurkan InJourney sebagai Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis (13/1).

Adapun perusahaan pelat merah yang bergabung dalam holding ini meliputi PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero), dan PT Sarinah (Persero).

Maya yang sebelumnya adalah CEO PT Dentsu Indonesia ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung. Harapan Erick tak berlebihan, sebab Maya yang sudah berkarier selama 15 tahun di industri periklanan ini terbukti mumpuni membawa PT Dentsu Indonesia menjadi advertising agency multinasional raksasa di industri periklanan.

Meski demikian, perempuan berusia 38 tahun ini mengklaim tidak mudah untuk meninggalkan posisi sebelumnya dan menerima tawaran menjadi direksi di InJourney.

“Dari saya sendiri sebenarnya ini perjalanan yang cukup panjang. Saya menimbang-nimbang sekitar tiga bulan sampai akhirnya menyatakan ‘iya’,” ungkap Maya dalam konferensi pers, Jumat (14/1).

Maya menuturkan, tak mudah baginya untuk meninggalkan Dentsu, tempatnya berkarya selama 15 tahun terakhir. Ia tak hanya menganggap Dentsu sebagai tempat bekerja, tetapi juga rumah kedua lengkap dengan keluarganya.

Di sisi lain, alumni University of Western Australia ini menilai menjadi direktur di Holding BUMN Pariwisata merupakan tantangan baru baginya. Pasalnya, dia dan manajemen lain harus bisa merealisasikan target yang ditetapkan pemerintah, salah satunya mendorong InJourney sebagai ekosistem pariwisata di Indonesia.

Namun, Maya menganggap tawaran itu sebagai suatu kesempatan untuk mengabdi kepada negara dan berusaha memberikan yang terbaik untuk bangsa.

“Ini jalan panjang untuk di-create tapi menjadi suatu luar biasa untuk negara kita. Saya tertantang untuk memberikan lebih kepada negara, ini serve purpose—bukan lagi finansial, jabatan, atau karier,” tuturnya.

Maya mengemukakan, InJourney merupakan konsep holding yang sangat menarik karena tidak pernah ada di Indonesia dan menjadi holding pariwisata terbesar di Asia Tenggara. Karenanya, dia optimistis Holding BUMN Pariwisata mampu menggerakkan ekosistem pariwisata di dalam negeri sama seperti Superholding Singapura, Temasek.

“Kita kalau tahu, di Singapura ada holding seperti Temasek, di mana bisa memaksimalkan ekosistem pariwisata singapura yang menjadi hub Pariwisata yang luar biasa,” imbuh Maya.

Tak hanya itu, Maya juga yakin InJourney bisa berkontribusi mencapai 4,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Target itu sejalan dengan penetapan InJourney sebagai Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung.

“Saya rasa 4,5 persen GDP itu tidak terlalu besar dibandingkan negara lain kalau dari sisi pariwisata, tapi memang itu effort yang cukup besar karena GDP pariwisata pada saat pandemi ini turun di bawah 4 persen,” kata Maya.

Dia menyebut, ekspektasi pemerintah terhadap pendirian InJourney cukup besar. Harapannya, holding baru ini mampu menciptakan ekosistem yang terintegrasi antara sektor pariwisata, aviasi, dan sektor terkait lainnya.

Pemerintah memandang, penggabungan ini akan membuat industri pariwisata memiliki ekosistem yang terintegrasi dari hulu ke hilir, baik dari sisi infrastruktur maupun kegiatan turunan pariwisata. Sehingga, InJourney bisa fokus membangun dan menciptakan potensi pariwisata domestik yang memiliki potensi besar tapi kurang terintegrasi.

Bukan itu saja, meski holding difokuskan pada penguatan ekosistem pariwisata domestik, pemerintah sebagai pemegang saham juga menargetkan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 17 juta orang per tahun. Sementara, wisatawan nusantara berada di kisaran 30 juta orang per tahun.

Selain itu, InJourney juga ditargetkan mampu menyerap 13 juta lapangan kerja baru di Indonesia. Target-target yang ditetapkan tersebut bertujuan memulihkan pariwisata yang sempat terpuruk sepanjang pandemi Covid-19. Terakhir, dengan beragam penataan, inovasi, dan integrasi yang dilakukan InJourney, pemerintah juga berharap total aset holding BUMN pariwisata ini akan mencapai Rp 260 triliun di tahun 2024 dengan potensi penjualan yang terus meningkat.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version