KOSTAF FIA UI dan PAJAK.COM Gelar Taxcussion 2025: Diskusikan Solusi Stagnasi Rasio Pajak dan Kepatuhan HWI
Pajak.com, Jakarta – Kelompok Studi Ilmu Administrasi Fiskal (KOSTAF) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) dan PAJAK.COM kembali berkolaborasi menggelar Taxcussion 2025, di D’Maritime Resto & Cafe Cilandak, Jakarta Selatan (21/6/25). Acara ini mempertemukan pihak pemerintah, akademisi hingga praktisi untuk mendiskusikan solusi stagnasi rasio pajak (tax ratio), penurunan penerimaan pajak, serta upaya pengawasan kepatuhan High Wealth Individual (HWI).
Narasumber dalam acara bertajuk Finding the Golden Formula: Strategies to Increase Indonesia’s Tax Ratio ini diisi oleh Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak Nufransa Wira Sakti, Director of DDTC Fiscal Research & Advisory B. Bawono Kristiaji, akademisi Universitas Trisakti Sabar L.Tobing, Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan Thesa Adi Purwanto, serta dimoderatori oleh International Tax and Transaction Services at EY Sabian Hansel.
Ketua Departemen Ilmu Administrasi Fiskal UI Inayati mengapresiasi kolaborasi yang terus terjalin untuk menyelenggarakan diskusi ini. Ia berharap diskusi ini menjadi bukti komitmen seluruh pihak untuk berupaya memperbaiki kebijakan perpajakan di Indonesia, sehingga terjadi peningkatan rasio pajak dan kepatuhan.
“Sebelum kita membandingkan tax ratio kita dengan suatu negara, tentu lebih kita cek formula penghitungan tax ratio itu. Pertama, ada pajak pusat dibagi [Gross Domestic Product/GDP]. Kedua, ada pajak pusat tambah pajak daerah dibagi GDP. Ketiga, pajak daerah ditambah sumber daya alam [SDA] dibagi GDP. Keempat, pajak pusat ditambah pajak daerah ditambah SDA ditambah iuran wajib semacam asuransi sosial dibagi GDP,” jelas Inayati dalam sambutannya, dikutip Pajak.com, (23/6/25).
Selain itu, ia juga mendorong kebijakan yang adil untuk seluruh Wajib Pajak. Tidak hanya pada Wajib Pajak kelas menengah saja, melainkan pengawasan kepada HWI. Sebab kelas [menengah] tidak punya pilihan untuk berpindah-pindah negara atau melakukan manajemen pajak yang baik.
“Dalam buku yang saya baca berjudul Recognition Taxation tahun 2010 juga mengatakan bahwa pada akhirnya negara tidak bisa bergantung pada multinational taxation dan orang-orang sangat kaya. Karena mereka dengan sangat mudah mengatur [manajemen] pajaknya. Akhirnya, negara hanya bergantung pada orang-orang yang tidak punya pilihan, kelas menengah,” ungkap Inayati.
Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan FIA UI Thesa Adi Purwanto turut menyoroti stagnasi rasio pajak dan tren penurunan penerimaan pajak hingga Mei 2025.
“Rasio pajak yang menurun di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, saya melihat penurunan tahun 2020 karena pandemi COVID-19 [8,33 persen], tetapi kita pernah meningkat sebesar 10,24 persen dari 9,89 persen karena adanya transformasi kebijakan perpajakan,” ungkap Thesa.
Ia berharap ruang diskusi ini dapat melahirkan desain transformasi kebijakan perpajakan yang lebih baik, sehingga mampu mendorong rasio pajak di Indonesia.
Hal senada juga diungkapkan Pimpinan Redaksi PAJAK.COM Aldino Kurniawan. Ia berharap Taxcussion 2025 dapat menjadi wadah bagi ekosistem perpajakan dalam penyusunan formulasi kebijakan terbaik untuk meningkatkan kepatuhan serta keadilan bagi seluruh Wajib Pajak, baik kelas menengah maupun HWI.
“Peningkatan rasio pajak dan penerimaan ini bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah. Untuk itu, di sini kita berkumpul, ada dari akademisi, praktisi, pemerintah, dan media yang diharapkan ada titik temu serta terbangun dialog interaktif sehingga terjadi perbaikan-perbaikan kebijakan,” ujar Aldino.
Ia optimistis, perbaikan kebijakan perpajakan akan menumbuhkan trust dari Wajib Pajak sehingga rasio maupun penerimaan dapat meningkat. Selain itu, Aldino mendorong adanya transparansi dan literasi perpajakan kepada publik.
“Masyarakat perlu ditingkatkan pemahamannya bahwa pajak merupakan tulang punggung APBN yang telah digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Kami dari PAJAK.COM akan terus mendukung kegiatan seperti ini, meningkatkan literasi lewat akurasi data atau informasi melalui kolaborasi dari berbagai pihak,” tandas Aldino.
Comments