Jokowi Tegaskan Bakal Setop Ekspor Bahan Mentah
Pajak.com, Kalimantan Barat – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali tegaskan bahwa, Indonesia akan berhenti melakukan ekspor bahan mentah. Ia juga menegaskan pentingnya hilirisasi mengolah barang mentah menjadi barang jadi untuk meningkatkan nilai tambah komoditi.
Menurut Jokowi, peningkatan nilai tambah tersebut nantinya akan membawa Indonesia menjadi negara industri.
“Hari ini kita lihat betul-betul telah kejadian dan selesai untuk fase pertamanya Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR). Pembangunan smalter ini merupakan usaha kita untuk menyongsong Indonesia menjadi negara industri, mengolah sumber daya alam kita sendiri, dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah. Stop mengekspor bahan-bahan mentah, olah sendiri,” tegas Jokowi pada acara peresmian injeksi bauksit perdana SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, dikutip Pajak.com pada Rabu (25/9).
Jokowi mengatakan, sekarang merupakan waktu yang tepat bagi Indonesia untuk membangun industri-industri hilirisasi, karena kecil kemungkinan untuk negara-negara maju kembali menggugat Indonesia terkait kebijakan menutup keran ekspor komoditas alam secara mentah. Hal tersebut terjadi, lantaran negara-negara maju sedang sibuk menyelesaikan masalah masing-masing imbas kondisi geopolitik global, pandemi COVID-19, serta gelombang resesi ekonomi.
“Meskipun empat tahun yang lalu kita stop nikel, Uni Eropa membawa kita ke WTO. Tapi setelah itu tidak ada, (ekspor) bauksit kita stop, tidak ada yang komplain, tidak ada yang gugat,” imbuhnya.
Dengan mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, imbuh Jokowi, akan memberikan nilai tambah lebih tinggi yang diperoleh bagi masyarakat maupun bagi negara, karena akan terjadi disparitas lompatan nilai yang drastis antara komoditas yang diekspor secara mentah dengan komoditas yang sudah melalui proses hilirisasi.
“Saya mencontohkan nikel, sebelum tahun 2020 itu kira-kira ekspor kita mentahan itu 1,4-2 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 20-an triliun. Namun begitu kita stop ekspor tahun kemarin, (peningkatan nilai tambah) menjadi 34,8 miliar dollar AS artinya hampir Rp 600 triliun,” imbuhnya.
Perluas Proyek Hilirisasi di Luar Sektor Minerba
Proyek hilirisasi menjadi sangat penting dalam upaya pemerintah untuk mencapai kedaulatan ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga komoditas global. Jokowi menekankan bahwa, hilirisasi tidak akan berhenti pada sektor mineral dan batu bara (Minerba) saja, tetapi juga akan diperluas ke sektor-sektor strategis lainnya, seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan.
“Kita berharap tidak ada lagi ekspor bahan mentah. Semua harus diolah di dalam negeri. Nilai tambah harus tercipta di dalam negeri, dan lapangan pekerjaan juga ada di dalam negeri. Dan ini tidak berhenti hanya di sektor minerba,” jelasnya.
Program hilirisasi yang terbukti mampu meningkatkan nilai tambah komoditas akan diperluas, melibatkan lebih banyak sektor di luar sektor minerba. Jokowi juga memastikan bahwa kelanjutan program ini sudah dibicarakan dengan presiden terpilih, Prabowo Subianto.
“Saya sudah berdiskusi panjang dengan Presiden terpilih, Pak Prabowo. Nanti beliau akan memulai hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan. Artinya, sektor pangan juga akan masuk dalam proses hilirisasi,” ungkap Jokowi.
Untuk mempercepat implementasi hilirisasi, kepala negara itu meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkolaborasi dengan swasta, baik nasional maupun internasional.
“Semua terbuka. Kerja sama dengan swasta dalam negeri oke, dengan swasta luar negeri juga oke. BUMN maupun swasta, semuanya. Masih banyak peluang yang bisa kita manfaatkan. Hilirisasi timah, hilirisasi batu bara menjadi gas (Dimethyl Ether/DME) belum banyak dilakukan. Jadi, masih ada banyak ruang yang bisa kita garap,” lanjut Jokowi.
Hilirisasi sendiri program yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk, baik itu hasil tambang seperti mineral dan batu bara, maupun dari sektor lainnya seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan. Dengan pengolahan di dalam negeri, nilai komoditas dapat melonjak signifikan.
Di sektor non-pertambangan, hilirisasi juga terbukti membawa hasil positif. Contohnya, di industri berbasis agro yang dikelola Kementerian Perindustrian, hilirisasi komoditas kelapa sawit menjadi produk turunan seperti oleofood complex (pangan dan nutrisi), oleochemical dan biomaterial (bahan kimia dan pembersih), serta bahan bakar nabati berbasis sawit telah meningkatkan nilai tambah hingga empat kali lipat.
Comments