Menu
in ,

Jepang Akan Perpanjang Insentif Pajak Renovasi Rumah

Pajak.comJepang – Pemerintah dan koalisi yang berkuasa di Jepang sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang relaksasi pajak kepada penduduk atau pembeli yang merenovasi rumah mereka. Sejatinya, insentif pajak itu akan berakhir pada akhir tahun ini. Namun, mengutip The Japan Times, pemerintah dan pejabat koalisi yang berkuasa berencana untuk mempertahankannya hingga akhir 2023.

Keputusan memperpanjang program ini adalah untuk mempromosikan penjualan rumah bekas di tengah lonjakan rumah kosong—yang biasa disebut Akiya—di seluruh Negeri Sakura tersebut. Di bawah keringanan pajak itu, orang yang merenovasi untuk membuat rumah mereka lebih hemat energi, bebas hambatan, atau tahan terhadap gempa memenuhi syarat untuk pengurangan Pajak Penghasilan (PPh).

Jika biaya renovasi rumah didapatkan dengan meminjam kepada bank, maka sebagian dari pinjaman yang diambil untuk membiayai renovasi dipotong dari Pajak Penghasilan. Sedangkan, untuk renovasi yang dibiayai sendiri sebagian dari biaya konstruksi dapat dikurangkan dari pajak.

Secara rinci, dalam aturan itu disebutkan bahwa untuk renovasi yang memenuhi persyaratan tertentu, 2 persen dari pinjaman akhir tahun atau hingga 250.000 yen, dapat dipotong dari Pajak Penghasilan selama lima tahun. Kemudian, pengurangan 1 persen untuk pinjaman hingga 10 juta yen tersedia untuk pekerjaan renovasi lainnya.

Sementara untuk renovasi yang dibiayai sendiri, 10 persen dari biaya konstruksi dapat dipotong dari Pajak Penghasilan, atau hingga 500.000 yen untuk rumah yang memenuhi semua persyaratan mulai dari tahan gempa dan efisiensi energi, hingga daya tahan. Pejabat pemerintah Jepang juga mempertimbangkan pelonggaran persyaratan pemotongan pajak terkait renovasi yang membuat rumah lebih hemat energi.

Sebuah rencana yang sedang dipertimbangkan mengharuskan orang untuk hanya mengganti beberapa jendela mereka untuk meningkatkan insulasi, bukan semua jendela seperti yang saat ini diperlukan. Langkah ini bertujuan untuk mempromosikan rumah hemat energi yang tidak memerlukan penggunaan AC yang berat.

Diberitakan sebelumnya, tingkat kekosongan rumah di Jepang melonjak menjadi lebih dari 18 persen atau sekitar 8 juta rumah kosong terbengkalai di daerah-daerah pedesaan yang ditinggalkan. Banyaknya Akiya yang tersebar di sudut Jepang mencerminkan populasi yang menua, dan keinginan untuk properti baru di antara pembeli rumah Jepang.

Akiya itu terdapat di daerah-daerah pedesaan seperti Wakayama, Tokushima, Kagoshima, dan Kochi. Menurut Japan’s Housing and Land Survey, banyaknya rumah kosong di Jepang disebabkan penghuninya sudah meninggal, atau pindah ke daerah atau negara lain. Akibatnya, rumah ini dibiarkan kosong begitu saja dan tidak ditinggali oleh kerabat, saudara atau keluarga lainnya.

Survei yang dilakukan setiap lima tahun sekali itu juga mencatat bahwa tren Akiya di Jepang terus meningkat setiap tahunnya. Hingga tahun 2018 saja, ada sebanyak 8,49 juta Akiya. Angka ini naik 3,2 persen dibandingkan tahun 2013. Laporan tersebut juga menemukan bahwa 13,6 persen dari 62,42 juta rumah di Jepang tidak berpenghuni.

Untuk menarik banyak penduduk, pemerintah Jepang menawarkan 8 juta rumah kosong terbengkalai tersebut dengan harga murah yaitu hanya 500 dollar AS atau sekitar Rp 7,2 juta per unit. Upaya lainnya adalah merevitalisasi daerah pedesaan Jepang yang menjadi bagian penting dari rencana sosial ekonomi Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga untuk negara tersebut.

Suga menjadikan revitalisasi pedesaan sebagai landasan kebijakannya ketika ia menjabat pada bulan September, dan berjanji dalam pidatonya pada November untuk merangsang ekonomi pedesaan dengan meningkatkan pariwisata dan mendorong reformasi pertanian.

Untuk mendongkrak penjualan rumah kosong tersebut, pemerintah juga telah membuat situs web bernama Akiya Bank yang berfungsi sebagai laman pencarian yang dapat digunakan oleh penduduk yang tertarik ingin membeli rumah kosong tersebut.

Di aplikasi itu tersedia beragam informasi dan profil tentang rumah kosong berikut dengan luas bangunan hingga harga setiap unit bangunannya. Beberapa rumah kosong itu bahkan dibanderol seharga 50 ribu yen atau sekitar Rp 6,6 juta per unit. Meski harganya murah, perlu renovasi besar-besaran untuk membuat Akiya menjadi layak huni.

Menurut juru bicara Kota Okutama di Tokyo barat, pejabat setempat menyerahkan bangunan tua dan kosong secara gratis. Beberapa penghuni baru bahkan telah menemukan cara kreatif untuk mengubah rumah kosong itu menjadi bengkel dan tempat makan.

“Program ini tidak hanya membantu pemilik lama, yang berjuang untuk memanfaatkan properti dan membayar pajak, tetapi juga untuk kota dengan mengurangi jumlah bangunan terbengkalai yang bisa runtuh atau menimbulkan risiko di masa depan,” kata juru bicara Okutama itu kepada kepada Nikkei beberapa waktu lalu.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version