Jelang Ramadan, Impor Kurma Tembus 20,68 Juta Dolar AS per Januari 2025
Pajak.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor kurma Indonesia mencapai 16,43 ribu ton atau sekitar 20,68 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada Januari 2025 atau menjelang Ramadan.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa nilai impor kurma tersebut meningkat 55,73 persen secara bulanan (month to month/mtm) dibandingkan bulan Desember 2024 yang sebanyak 10.555 ton.
“Menyambut Ramadan, impor kurma 16,43 ribu ton atau 20,68 juta dolar AS pada Januari 2025,” kata Amalia dalam konferensi pers pada Senin (17/2/2025).
Amalia menjelaskan bahwa impor kurma terbesar berasal dari Mesir, yakni sebanyak 10,15 ribu ton atau sekitar 61,80 persen. Lalu diikuti oleh Arab Saudi dengan total 1,88 ribu ton atau mencapai 11,42 persen, dan Uni Emirat Arab sebanyak 1,76 ribu ton atau mencapai 10,71 persen.
“Dilihat dari trennya, impor kurma mulai meningkat sekitar 5 bulan menjelang periode Ramadan dan Lebaran,” ujar Amalia.
Untuk diketahui, impor Indonesia pada Januari 2025 mengalami penurunan signifikan sebesar 15,18 persen dibandingkan Desember 2024. Total nilai impor pada bulan tersebut mencapai 18 miliar dolar AS, dengan penurunan terjadi pada komoditas migas maupun nonmigas. Adapun, penurunan impor terjadi baik secara bulanan maupun tahunan (year on year/yoy).
Total impor Indonesia pada Januari 2025 terdiri dari 15,52 miliar dolar AS impor nonmigas dan 2,48 miliar dolar AS impor migas. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, impor migas turun 24,69 persen, sedangkan impor nonmigas turun 13,43 persen.
Amalia menegaskan bahwa seluruh jenis impor mengalami penurunan secara bulanan. “Impor menurut penggunaan pada Januari 2025, seluruh jenis impor turun secara bulanan. Secara tahunan, terjadi penurunan pada barang konsumsi dan bahan baku penolong. Namun, impor barang modal masih meningkat,” kata Amalia.
Berdasarkan penggunaan, impor barang konsumsi turun 28,65 persen dibandingkan Desember 2024. Bahan baku/penolong juga mengalami kontraksi sebesar 13,11 persen, sedangkan barang modal turun 15,19 persen.
Beberapa komoditas utama nonmigas mengalami penurunan impor secara bulanan. Mesin dan peralatan mekanis mencatat penurunan impor terbesar, yaitu sebesar 15,04 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 9,71 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan juga terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik, meskipun dalam persentase yang lebih kecil, yaitu 0,87 persen secara bulanan dan 2,24 persen secara tahunan.
Sementara itu, plastik dan barang dari plastik menjadi satu-satunya komoditas utama yang mengalami peningkatan impor secara bulanan sebesar 0,76 persen, meskipun secara tahunan tetap mengalami penurunan sebesar 0,71 persen.
Comments