in ,

Australia Hentikan Penyelidikan Antidumping Produk Nanas Indonesia

antidumping produk nanas indonesia
FOTO : IST

Australia Hentikan Penyelidikan Antidumping Produk Nanas Indonesia

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah Australia menghentikan penyelidikan antidumping terhadap produk nanas asal Indonesia. Produk nanas yang dimaksud adalah consumer pineapple dan food service and industrial (FSI) pineapple.

Tidak ditemukannya harga dumping serta rendahnya volume impor kedua produk tersebut dari Indonesia menjadi alasan penghentian penyelidikan yang diinisiasi pada 4 Agustus 2023 ini. Penghentian penyelidikan antidumping produk nanas asal Indonesia diputuskan Pemerintah Australia dalam Termination Report yang diterbitkan pada 5 September 2024.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim menyambut baik keputusan tersebut. Ia mengatakan, penghentian penyelidikan antidumping oleh Australia ini berpotensi menyelamatkan nilai ekspor nanas ke Australia sebesar 11,2 juta dollar Amerika Serikat (AS).

“Indonesia berhasil meyakinkan Pemerintah Australia bahwa ekspor nanas asal Indonesia ke Australia tidak terbukti mengandung harga dumping. Selain itu, volume impor atas produk nanas asal Indonesia yang diselidiki ada di bawah tiga persen dari keseluruhan total impor nanas Australia,” ungkap Isy dikutip Pajak.com pada Jumat (20/9).

Baca Juga  Terbaru! Kalender Pajak bulan Oktober 2024

Isy melanjutkan, tidak ditemukannya harga dumping dan rendahnya volume impor tersebut menjadi dasar kuat bagi Pemerintah Australia untuk menghentikan penyelidikan. “Dengan kondisi tersebut, penyelidikan antidumping harus dihentikan jika mengacu pada ketentuan Article VI GATT 1994 dan ketentuan WTO lainnya yaitu Anti-Dumping Agreement,” ujar Isy.

Sementara itu, Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag Natan Kambuno menyampaikan, penghentian penyelidikan hanya berlaku bagi nanas asal Indonesia. Ia mengatakan, kondisi ini memberi momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor nanas ke Australia.

“Penghentian penyelidikan antidumping terhadap produk nanas tersebut hanya berlaku bagi Indonesia, sedangkan penyelidikan terhadap nanas asal Thailand tetap dilanjutkan. Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan ekspor nanas ke Australia. Kami harap, Indonesia dapat mengambil pangsa pasar nanas asal Filipina dan Thailand di pasar Australia,” kata Natan.

Baca Juga  Pabrik KCC Glass Indonesia Resmi Beropersi, 80 Persen Hasil Produksi Bakal di Ekspor

Natan menambahkan, apresiasi perlu disampaikan atas kolaborasi aktif dan produktif antara Direktorat Pengamanan Perdagangan Kemendag dan eksportir nanas Indonesia. “Hal ini menjadi faktor kunci keberhasilan Indonesia menggagalkan pengenaan Bea Masuk Antidumping oleh Australia terhadap produk nanas asal Indonesia,” kata Natan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode 2019–2023, nilai dan volume ekspor produk nanas Indonesia ke Australia secara rata-rata tahunan meningkat sebesar 5,97 persen dan0,46 persen.

Peningkatan nilai dan volume ekspor produk nanas Indonesia ke Australia juga terlihat pada periode Januari–Juli 2024. Di periode ini, nilai ekspor meningkat sebesar 2,7 persen atau mencapai 4,5 juta dollar AS, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 4,4 juta dollar AS.

Baca Juga  Kanwil DJP Jakut Gelar Bazar dan Pelatihan untuk Dorong UMKM Naik Kelas

Walau demikian, nilai ekspor sempat turun ke 7,73 juta dollar AS pada 2023 dari 11,27 juta dollar AS pada 2022. Sementara itu, volume ekspor meningkat sebesar 8,7 persen pada periode Januari–Juli 2024 yang mencapai 3,5 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 3,2 juta ton.

Secara keseluruhan perdagangan Indonesia dengan Australia, BPS mencatat, rata-rata tahunan untuk total perdagangan kedua negara meningkat sebesar 16,78 persen pada periode 2019–2023, yaitu dari 7,84 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 12,48 miliar dollar AS pada 2023.

Peningkatan ini juga terlihat pada periode Januari–Juli 2024 sebesar 26,00 persen, atau menjadi sebesar 8,75 miliar dollar AS, bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang sebesar 6,95 miliar dollar AS.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *