Analis Sebut Kemenangan Trump Picu Ketidakpastian Global dan Tantangan Perpajakan
Pajak.com, Jakarta – Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 diprediksi menciptakan ketidakpastian global terkait arah kebijakan perdagangan internasional dan perpajakan AS. Analis memperkirakan, perubahan kebijakan di AS ini akan memengaruhi pasar keuangan global, termasuk di Indonesia, yang terlihat dari fluktuasi signifikan dalam dua hari terakhir.
Analyst Research Mirae Asset Rizkia Darmawan mengungkapkan, kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS memicu terjadinya sentimen penghindaran risiko (risk off) yang menyebabkan peningkatan fluktuasi di pasar keuangan. Hal ini akan memiliki dampak yang cukup besar terhadap penentuan arah kebijakan di Indonesia, baik kebijakan moneter, maupun kebijakan pemerintah yang meliputi kebijakan fiskal maupun kebijakan di bidang perdagangan internasional.
“Meskipun demikian, perekonomian Indonesia menunjukkan stabilitas dan ketahanan meskipun berada dalam rezim suku bunga yang tinggi,” kata Darma dalam paparannya di acara Media Day, di Jakarta, dikutip Pajak.com, Rabu (13/11).
Darma menyoroti bahwa kemenangan Trump ini juga dapat meningkatkan inflasi global, terutama jika kebijakan AS mempertahankan tarif tinggi dan melanjutkan rencana deportasi besar-besaran. Efeknya, bisa mempersempit ruang bagi Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneter pada tahun depan, yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tetap ketat. Menurut Darma, tekanan ini akan memengaruhi ketahanan dan stabilitas ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam menghadapi arus modal keluar.
Setelah hasil pemilu diumumkan, IHSG mengalami penurunan berturut-turut sebesar 1,4 persen dan 1,9 persen, atau total penurunan mencapai 3,3 persen. Selama periode ini, investor asing mencatat aksi jual bersih (net sell) yang mencapai Rp 6,5 triliun.
Menurut catatan Mirae Asset, reaksi negatif pasar modal Indonesia terhadap kemenangan Trump mengingatkan pada peristiwa serupa pada 2016, ketika IHSG terkoreksi hingga 7,3 persen dalam sepekan, serta aliran keluar modal asing terus berlanjut selama 28 hari perdagangan dengan total aksi jual bersih Rp 17 triliun. Selain itu, Darma menekankan pentingnya bagi investor untuk memperhatikan perkembangan ini dalam menyusun strategi investasi yang lebih tangguh. Perekonomian Indonesia, dinilai cukup kuat meski berada dalam rezim suku bunga tinggi, didukung oleh daya beli masyarakat yang masih tahan banting (resilient). Namun, jika arus keluar dana asing mereda, maka pasar Indonesia diperkirakan akan kembali menarik.
Dari perspektif komoditas, kuartal IV/2024 diprediksi akan membawa fluktuasi harga yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Harga komoditas, terutama minyak mentah, menghadapi tekanan akibat ketidakpastian global dan kebijakan ekonomi AS.
Menurut prediksi Darma, harga minyak akan tetap mengalami tekanan hingga akhir tahun, yang berpotensi memengaruhi pendapatan sektor energi domestik. Selain minyak, sektor logam dasar seperti nikel dan tembaga menunjukkan potensi stabil, khususnya karena permintaan yang meningkat untuk produksi baterai kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Ia juga mengemukakan bahwa fluktuasi harga komoditas dapat menjadi peluang bagi investor yang melakukan transaksi jangka pendek, baik dalam komoditas maupun saham perusahaan yang terkait erat dengan sektor ini. Penurunan harga komoditas global, misalnya, telah memberikan dampak langsung pada sektor energi dan logam dasar, terutama harga minyak dan beberapa bahan kimia.
“Sektor logam tertentu, seperti logam dasar yang digunakan dalam industri elektronik dan automotif, tetap mengalami pertumbuhan yang stabil seiring dengan permintaan industri yang kuat,” imbuh Darma.
Di tengah ketidakpastian pasar, investor juga bisa memanfaatkan fitur pengalihan reksa dana (switching) pada platform NAVI. Fitur switching ini memungkinkan investor melakukan peralihan investasi antar produk reksa dana tanpa biaya peralihan (switching fee) hingga akhir tahun 2024.
Ini memberi fleksibilitas lebih bagi investor untuk beradaptasi dengan perubahan pasar tanpa menambah beban biaya. Dengan melihat dinamika pasar yang terjadi pascakemenangan Trump, investor diharapkan tetap waspada terhadap perubahan kebijakan AS serta memanfaatkan peluang pada komoditas yang berpotensi stabil, seperti logam dasar untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Comments