Menu
in ,

Harga CPO Melambung: Dampak Invasi Rusia?

Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina semakin membuat harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) melambung hingga MYR 7.000/ton, level tertinggi sejak tahun 2008. Harga yang tinggi ini masih akan berlangsung karena suplai CPO jangka pendek yang ketat. Permintaan yang tinggi dari berbagai belahan dunia semakin memojokkan harga CPO yang kurang diimbangi dengan persediaan memadai.

Harga dipercaya akan tetap di level tinggi dalam kurun beberapa bulan ke depan, semakin diperparah dengan beberapa faktor utama, antara lain kekurangan sumber daya manusia, restriksi ekspor oleh Indonesia, cuaca kering di Amerika Selatan, dan krisis Ukraina.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina menyebabkan kenaikan harga CPO sebagai pengganti minyak biji bunga matahari yang banyak diminta oleh India. Distributor minyak biji bunga matahari mengatakan bahwa harga bisa naik lebih jika ada perang karena biji bunga matahari diimpor dari Ukraina dan Rusia. Jika suplai minyak biji bunga matahari meningkat karena ketatnya pasokan, maka pasar akan beralih ke substitut lain, dan pada kasus ini adalah CPO.

CPO menjadi minyak yang paling mahal di antara empat minyak nabati utama untuk pertama kalinya karena berbagai negara buru-buru mengamankan substitut pengiriman minyak bunga matahari dari wilayah pengekspor utama Laut Hitam yang terganggu oleh invasi Rusia terhadap Ukraina.

Selain itu, karena peralihan dari Ukraina ke pemasok lain, mungkin ada kekurangan minyak jagung atau kedelai di AS atau Amerika Selatan. Hal ini dapat mendongkrak harga CPO. Permintaan pasar akan semakin menekan harga CPO naik. Ini telah mendorong berbagai negara untuk mencari alternatif di tempat lain, dan karena itu, harga CPO terus cenderung naik.

Masalah lain timbul karena sanksi yang dijatuhkan negara-negara sekutu kepada Rusia. Uni Eropa dan Amerika Serikat memberi sanksi kepada Rusia, supplier minyak terbesar kedua di dunia, dengan memboikot pembelian minyak. Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Uni Eropa juga meluncurkan sanksi, termasuk langkah Jerman untuk menghentikan sertifikasi pipa gas Rusia senilai $11 miliar. Dengan begitu, harga akan naik karena permintaan tidak mencapai suplai.

Lonjakan tersebut juga didorong oleh kekhawatiran pada sisi pasokan karena ancaman invasi Rusia di Ukraina semakin besar, menyusul pengerahan pasukan Putin ke daerah-daerah separatis Donetsk dan Luhansk. Harga minyak telah meningkat selama beberapa bulan terakhir di tengah kekhawatiran atas pasokan, menyusul ancaman invasi Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia.

 

Penulis Adalah Mahasiswi Universitas Indonesia, Fakultas: Ekonomi dan Bisnis, Jurusan: Ilmu Ekonomi, Angkatan: 2020

* Informasi yang disampaikan dalam Artikel ini Sepenuhnya merupakan Tanggung Jawab Penulis

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version