Menu
in ,

“Startup” Indonesia Harus Ambil Peluang di Masa Pandemi

“Startup” Indonesia Harus Ambil Peluang di Masa Pandemi

FOTO : IST

Pajak.com, Jakarta – Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tbk Pandu Patria Sjahrir sangat meyakini, teknologi masih menjadi primadona investasi di masa pandemi maupun masa depan. Untuk itu, ia mendorong perusahaan startup dapat mengambil peluang.

New normal seharusnya dapat menjadi pemicu bagi perusahaan startup Indonesia untuk mengembangkan usahanya. Pandemi sebenarnya menebar banyak permasalahan bagi kehidupan. Permasalahan itulah yang menjadi peluang bagi startup,” kata Pandu, dalam bincang virtual bertajuk “Tren Investasi Teknologi”.

Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Chicago ini menilai peta jalan investasi teknologi di Indonesia justru baru saja dimulai. Pandu menyebutkan, salah satu tren bisnis digital adalah di sektor logistik. Sebut saja misalnya, e-logistik.

“Ibarat main sepak bola teknologi ini (investasi) masih di menit 15. Masih jauh. Peluangnya masih besar. Baik dari sisi yang paling penting e-commerce, maupun travel and tourism—potensi terbesar kita, fintech, healthtech, edutech” kata Pandu.

Kendati demikian, kondisi startup masih sangat tergantung dari suntikan modal investor. Kebanyakan dari bisnis ini belum bisa meraup keuntungan untuk menjalankan operasionalnya. Selaku investor, Pandu mengaku berani menanamkan modal ke startup lantaran melihat masa depan dari sisi pasarnya. Perusahaan digital juga memiliki segmentasi yang luas.

“Tapi secara garis besar memang market-nya ini potensinya sangat besar. Misalnya e-commerce, kan orang belanja masih 98 persen off-line, on-linenya masih 2 persen. Kalau kita bisa naik 10 persen aja, itu udah 5 kali lipat,” kata Komisaris Go-Jek Indonesia ini.

Pandu menilai, Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara maju untuk urusan industri digital, sebut saja jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Akan tetapi, Indonesia masih memiliki ciri khas dari segi potensi pasar.

“Adaptasi Indonesia jauh lebih cepat dari AS. Karena pertama muda-muda, kedua sangat suka mobile, ketiga yang sangat suka efisiensi,” tambahnya.

Secara pribadi, Pandu mengaku tergolong investor yang lebih tertarik investasi di perusahaan rintisan. Dulu, sebagai contoh, melalui perusahaannya (Indies Capital dan AC Venture), Pandu menanamkan modalnya kurang lebih ke 70 perusahaan startup dengan nilai investasinya bisa mencapai 100 juta dollar AS. Perusahaan startup itu, antara lain AC Ventures adalah WarungPintar, Wahyoo, Aruna, Waste4Change, Xurya, Paxel, Akseleran.

Di akhir sesi, ia memberi saran kepada perusahaan startup agar memiliki rencana jangka panjang yang cermat dan cepat. Akan tetapi, jangan takut untuk mengambil langkah untuk berhenti atau beralih ketika bisnis stagnan.

“Ibaratnya, kalau ada tembok penghalang, jangan lo tabrak-tabrakin. Karena lo itu startup, enggak kuat lo harus ambil cara lain. Untuk itu balik lagi kuncinya investasi (teknologi) ini long term, mikirnya 20-30-40 tahun,” jelasnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version