Menu
in ,

Perkuat Layanan Digital, BNI Bakal Tutup 96 Cabang

Pajak.com, Jakarta – Pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih memilih menggunakan layanan digital untuk melakukan transaksi perbankan. Perubahan perilaku tersebut menjadi salah satu alasan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berencana menutup 96 outlet atau kantor cabang di tahun ini.

Direktur Layanan dan Jaringan BNI Ronny Venir menjelaskan, penutupan outlet bank pelat merah ini karena transaksi perbankan sudah berubah ke layanan digital. Dengan begitu, orang tidak lagi harus datang ke bank secara fisik untuk mendapatkan layanan.

“(Transaksi perbankan) sudah bisa dilakukan dengan jaringan digital, kita tahun ini akan menutup sekitar 96 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Ronny dalam konferensi pers yang dikutip Pajak.com, Minggu (9/5).

Ronny menuturkan, perubahan pola transaksi masyarakat terlihat dari semakin sedikitnya nasabah yang mengunjungi kantor cabang. Ia menyebut, hampir 80 persen volume transaksi nasabah BNI dilakukan secara digital melalui infrastruktur yang disiapkan perusahaan. Sisanya diperkirakan karena masih ada masyarakat yang lebih nyaman datang langsung, dan sebagian yang lain masih gagap teknologi.

“Tinggal sedikit orang yang bertransaksi ke teller, tapi masih ada karena beberapa alasan yang mungkin mereka lebih senang data ke cabang, tapi pelan-pelan kita akan shifting ke transaksi digital,” imbuhnya.

Ronny merinci, dulu teller biasa melayani 150-200 transaksi per hari, kini hanya tersisa 40 persen. Begitu pula pelayanan nasabah melalui customer service. Ia mengklaim, nasabah saat ini lebih suka menggunakan BNI SONIC (Self Service Opening Account) untuk melakukan berbagai transaksi, termasuk pembukaan rekening.

“Dengan berkurangnya transaksi ini, kita mengurangi jumlah teller yang sudah dialihkan ke mesin. Ini kita terus lakukan, shifting ke layanan digital ini kita pikir dapat mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi perbankan,” ucap Ronny.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI YB Hariantono juga menyampaikan, penutupan puluhan kantor cabang itu tak berarti membuat BNI tak lagi memerhatikan layanan nondigital. Menurutnya,  meski layanan digital selalu ditingkatkan, layanan-layanan nondigital tetap berjalan berdasarkan kepentingan di masing-masing segmen.

“Kita masih punya channel ATM, internet banking, EDC, agent banking. Tapi untuk konsumer yang self service, kita akan fokusnya di mobile banking,” ungkapnya.

Sementara untuk segmen korporasi, pihaknya terus mengembangkan BNI Direct, berupa manajemen kas untuk perusahaan-perusahaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran pajak, bank garansi, dan sebagainya.

Hariantono juga menjelaskan, BNI akan tetap memberikan layanan nondigital sebab masih ada sejumlah nasabah bank yang masih ingin dilayani oleh petugas bank, seperti nasabah prioritas. Begitu juga, daerah yang literasi digitalnya belum terlalu tinggi.

“Jadi, mungkin untuk kota-kota yang tidak terlalu urban, mereka mungkin lebih membutuhkan layanan di cabang-cabang,” imbuhnya.

Hingga kuartal I tahun 2021, BNI mencatat jumlah pengguna mobile banking mencapai 8,56 juta atau tumbuh 58,4 persen dibandingkan kuartal I tahun 2020 sebesar 5,41 juta nasabah. Dari sisi nilai transaksi, tercatat tumbuh 33,2 persen senilai Rp 138 triliun pada Maret 2021, dibandingkan pada Maret 2020 sebesar Rp 103 triliun.

Beberapa fitur andalan BNI Mobile Banking yang diminati penggunanya antara lain Biometric Login, pembukaan rekening secara digital dengan fitur pengenalan wajah atau face recognition, pengelolaan tagihan kartu kredit, dan QR payment.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version