Menu
in ,

Pacu Industri Syariah Lewat Literasi di Perguruan Tinggi

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah akan fokus memacu pertumbuhan industri syariah melalui peningkatan literasi di perguruan tinggi. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, market share perbankan syariah di Indonesia masih rendah, yakni hanya 6,59 persen per Juni 2021. Hal itu seirama dengan rendahnya literasi perbankan syariah yang berada di bawah 9 persen.

Market share-nya baru 6 persen, dibandingkan bank konvensional rendah. Padahal di dalam prospek ini sangat-sangat tinggi dan ada pasarnya. Pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) perbankan syariah selalu di atas 10 persen. Hal ini menandakan bahwa ada perkembangan dan dinamika yang cukup nyata di industri syariah,” kata Sri Mulyani webinar bertajuk Penandatanganan MoA Program Strategic Sharia Banking Management, pada (22/9).

Ia menuturkan, ketahanan dan kompetitif industri perbankan bisa dilihat dari sumber daya manusia (SDM) dalam struktur organisasi. Oleh sebab itu, pemerintah akan memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan industri perbankan syariah melalui peningkatan literasi dengan menggandeng perguruan tinggi, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Brawijaya (Unbraw), dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Sinergi ini dilakukan secara khusus oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melalui program Strategic Sharia Banking Management (SSBM).

“Saya berharap BSI menjadi motor dan menciptakan rasa percaya diri dalam tata kelola dan sumber daya manusia yang baik. BSI harus mengikuti tata kelola yang sehat, transparan, dan kompetitif. Ini merupakan amanah yang luar biasa penting dan perlu komitmen yang kuat. Saya menyambut gembira acara penandatangan ini untuk bisa melakukan kerja sama, mempertemukan industri dan perguruan tinggi untuk sinergi membangun sumber daya manusia yang sesuai dengan industri perbankan syariah,” jelas Sri Mulyani.

Ia optimistis, kerja sama ini tidak hanya memberikan literasi keuangan kepada mahasiswa maupun civitas akademika, melainkan membangun SDM yang memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan. Dengan begitu, mereka bisa melihat peluang dan kesempatan dalam mengembangkan industri halal, seperti fesyen; makanan dan minuman halal; wisata halal; pendidikan; dan kesehatan.

“Masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim semakin menunjukkan keinginan atau preferensi gaya hidup yang bernilai atau mencerminkan nilai-nilai keislaman. Industri syariah sudah dipastikan menggunakan prinsip-prinsip yang sebenarnya sejalan dengan konsep Islam, seperti kejujuran, keadilan, integritas, tidak menipu atau memanipulasi, dan tidak melakukan tindakan eksploitasi, adanya akses yang sama, tidak mengeksploitasi yang menyebabkan unfair kompetitif terjadi,” kata Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) ini.

Sri Mulyani yakin, suatu cita-cita, termasuk pemulihan ekonomi nasional di Indonesia hanya bisa terjadi bila industrinya dikelola oleh SDM terbaik.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, masih banyak pekerjaan rumah yang menanti industri syariah, salah satunya masih rendahnya literasi keuangan dan perbankan syariah.

“Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi masyarakat soal keuangan perbankan syariah di bawah 9 persen. Jauh tertinggal dari literasi keuangan perbankan konvensional yang mencapai 40 persen,” ungkap Hery.

Lalu, angka inklusi keuangan syariah masih minim, yakni 9,1 persen—jauh dari catatan inklusi bank konvensional 76,2 persen. Hal ini kemudian berimbas pada penetrasi pasar keuangan dan perbankan syariah yang saat ini belum mencapai 7 persen.

“Indonesia tertinggal dari negara lain seperti Saudi Arabia 63 persen, Brunei 57 persen, dan Malaysia di kisaran 30 persen,” kata Hery.

Oleh sebab itu, BSI berinisiatif menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi lewat program SSBM yang sejatinya telah dilakukan sejak tahun 2020 bersama IPB. Menurut Hery, respons dan antusiasme mahasiswa untuk mengikuti program ini cukup baik, mahasiswa terdaftar mencapai 122 mahasiswa dengan rata-rata kehadiran di setiap pertemuan mencapai 95 persen.

Pada tahun 2021, tercatat sebanyak 1.123 mahasiswa dari kelima universitas yang mengikuti program SSBM—jumlah peserta terbanyak dari UI. Dalam program ini, pengajar berasal dari praktisi BSI dengan metode pembelajaran secara online digital learning, studi kasus, dan tugas kelompok.

“Program ini bertujuan, antara lain melakukan link and match antara industri keuangan syariah dan lembaga pendidikan, meningkatkan literasi keuangan dan perbankan syariah bagi generasi muda, dan meningkatkan kualitas kerja sama antar lembaga. BSI ikut menjadi tenaga pendidik dalam program ini,” jelas Hery.

Rektor IPB Bogor Arif Satria menyambut baik kerja sama antara IAEI, BSI, dan perguruan tinggi ini. Ia berharap, program SSBM bisa diperluas ke seluruh kampus di Indonesia. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi trendsetter perubahan, termasuk pada industri keuangan syariah.

“Lewat kerja sama ini, kita berharap agar lulusan-lulusan ke depan memiliki kompetensi real yang dibutuhkan oleh industri. Untuk itu, kita perlu menyesuaikan suasana kampus sesuai dengan suasana industri, agar lulusan bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan di luar,” tutur Arif.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version