Menu
in ,

Kekhawatiran Isu “Tapering” Bikin IHSG Turun 1,7 Persen

Pajak.com, Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan 1,7 persen dalam sepekan, dari level 6.139,49 menjadi level 6.030,77. Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menilai, pergerakan IHSG yang cenderung terbatas dan sempat mengalami pelemahan menunjukkan kekhawatiran pasar akan isu tapering—pengurangan surat utang (quantitative easing) yang dilakukan oleh The Fed (Federal Reserve System) atau bank sentral Amerika Serikat.

“Pergerakan IHSG ditutup menguat setelah sempat melemah di awal perdagangan, menunjukkan pasar masih dibayangi kekhawatiran akan tapering, namun investor mencoba melakukan bargain hunting sehingga berhasil mendorong penguatan,” ungkap Dennies, pada (21/8).

Seperti diketahui, sentimen yang paling mendominasi pasar pada pekan ini adalah antisipasi pasar terhadap arah kebijakan The Fed. Investor menanti rilis notula rapat The Fed edisi Juli 2021. Pasar memantau hasil kebijakan Ketua The Fed Jerome ‘Jay’ Powell dan pimpinan lainnya terkait pengurangan pembelian surat berharga dan menaikkan suku bunga acuan.

“Banyak peserta rapat yang menilai ada quantitative easing harus berakhir lebih dulu sebelum menentukan arah kebijakan suku bunga. Pada saat yang sama, para peserta rapat menyatakan kenaikan suku bunga acuan maupun pengurangan pembelian aset akan sangat tergantung dari arah perekonomian. Sementara sejumlah peserta rapat menilai pengurangan quantitative easing bisa dimulai lebih cepat, tetapi diiringi dengan mitigasi terhadap risiko keketatan likuiditas di pasar keuangan,” demikian papar notula The Fed yang rilis, pada Kamis (19/8).

Survei yang dilakukan Reuters terhadap 43 institusi menghasilkan, bahwa diperkirakan The Fed akan mulai mengumumkan pengurangan quantitative easing pada September 2021 alias bulan depan. Namun pengurangan ini sepertinya baru dilakukan pada Januari 2022 dan akan selesai pada kuartal IV-2022.

Kebijakan pengurangan quantitative easing berarti pasokan dollar AS tidak akan lagi melimpah seperti sekarang. Seperti barang, saat pasokan berkurang pasti harga menjadi naik. Hal senada juga bakal terjadi pada dollar AS, jumlah yang menurun membuat nilai tukarnya kian mahal. Aksi berburu dollar AS membuat investor melupakan aset-aset lain, termasuk saham. Jadi, tidak heran bursa saham Asia berguguran, termasuk IHSG.

Pada pekan ini pelemahan IHSG di Indonesia turut mendorong penurunan kapitalisasi pasar sebesar 1,80 persen dari Rp 7.400 triliun menjadi Rp 7.267. Rata-rata volume transaksi harian bursa juga mencatatkan penurunan sebesar 3,4 persen menjadi 22,6 miliar saham dari 23,4 miliar saham.

“Rata-rata frekuensi harian Bursa turun sebesar 7,34 persen menjadi 1.45 juta transaksi dari 1,57 juta transaksi pada pekan sebelumnya. Demikian juga dengan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang turun 10,88 persen menjadi Rp 13,9 triliun dari Rp 15,6 triliun pada pekan lalu,” ungkap Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono.

Di akhir pekan, investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp 156,86 miliar, sedangkan sepanjang tahun 2021 beli bersih asing tercatat sebesar Rp 20,097 triliun.

Adapun agenda BEI dalam sepakan, yakni penerbitan Obligasi Berkelanjutan V Tower tahap I tahun 2021 oleh PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) senilai Rp 1,2 triliun dengan tingkat bunga tetap 4,25 persen per tahun dan jangka waktu 370 hari.

Dengan demikian, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2021 adalah 54 emisi dari 37 perusahaan senilai Rp 56,5 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI hingga saat ini berjumlah 469 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 423,4 triliun. Surat berharga negara (SBN) tercatat berjumlah 156 seri dengan nilai nominal Rp 4.325 triliun dan efek beragun aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp 6,2 triliun.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version