Menu
in ,

Bank Dunia Ungkap Sebab Penurunan Harga Emas di 2022

Bank Dunia Ungkap Sebab Penurunan Harga Emas 2022

FOTO: IST

Pajak.com, Amerika Serikat – Laporan commodity markets outlook dari Bank Dunia mengungkapkan, harga emas diproyeksi terus menurun pada tahun 2022 karena disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Pada kuartal III-2021, harga emas sudah turun sekitar 1,3 persen.

“Koreksi tersebut didorong oleh penurunan minat investor di tengah kenaikan imbal hasil obligasi AS atau US treasury. Imbal hasil dari treasury inflation protected securities (TIPS) tenor 10 tahun tercatat bertambah 10 basis poin pada September 2021. Sementara itu, dollar AS juga menguat seiring dengan dimulainya program pengurangan stimulus dari bank sentral AS atau tapering off,” demikian hasil laporan yang dirilis, pada (5/12).

Secara spesifik, tingkat kepemilikan pada exchange traded funds (ETF) emas sudah menurun tajam sepanjang kuartal III-2021. Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya investor asal Amerika Utara yang keluar dari aset ini. Sementara itu, permintaan terhadap perhiasan emas di Tiongkok dan India juga mampu menghambat kenaikan harga emas sepanjang tahun 2021.

Kendati demikian, Bank Dunia memproyeksikan harga emas akan menguat sekitar 1,5 persen hingga akhir tahun 2021, namun kembali menurun sebesar 2,5 persen pada tahun 2022.

Menurut Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger, harga emas turun di bawah level psikologis 1.800 dollar AS di akhir November 2021 karena pencalonan Ketua The Fed Jerome Powell untuk periode kedua. Seperti diketahui, Powell mendukung pengetatan kebijakan moneter lebih cepat. Hal ini berdampak pada penguatan dollar.

“Pasar emas tertekan kekhawatiran bahwa The Fed mungkin akan mengurangi pembelian aset dan menaikkan suku bunga lebih cepat daripada yang diantisipasi sebelumnya. Suku bunga tinggi meningkatkan biaya pemegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Tekanan pada emas juga berasal dari penurunan klaim pengangguran awal AS ke level terendah sejak 1969,” kata Meger.

Hal senada juga diungkapkan Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono. Ia bahkan menilai, sepanjang tahun 2021 komoditas logam mulia memang tertekan secara fundamental maupun sentimen lainnya.

“Ke depan logam mulia masih belum keluar dari tekanan. Terlebih lagi dengan sikap The Fed yang berubah dengan menganggap inflasi yang tinggi bukanlah sesuatu yang bersifat sementara. Hal tersebut diproyeksi membuat The Fed mempercepat pelaksanaan tapering dan kemungkinan naiknya suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan. Kondisi ini akan membuat emas tertekan dan pada akhirnya akan ikut membuat komoditas logam mulia lainnya ikut tertekan,” kata Wahyu.

Dengan demikian, ia merekomendasikan para investor untuk melakukan buy on weakness (membeli aset saat harga turun) pada komoditas logam mulia. Pasalnya, secara jangka panjang pergerakannya masih akan menarik. Wahyu memprediksi, harga emas akan bergerak pada rentang 1.600 dollar AS hingga 1.900 dollar AS per ons troi pada tahun 2022.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version