Menu
in ,

Untung-Rugi Penerapan Jam Kerja Fleksibel

Untung-Rugi Penerapan Jam Kerja Fleksibel

FOTO: IST

Pajak.comJakarta – Menilai untung-rugi penerapan jam kerja fleksibel bagi karyawan. Dulu, mungkin kita tidak pernah membayangkan akan merasakan bekerja dari rumah atau working from home (WFH). Namun, saat virus korona menginfeksi dunia sejak Desember 2019, pemberlakuan WFH terbilang win-win solution bagi pekerja dan pemberi kerja agar operasional perusahaan tetap berjalan sekaligus memutus rantai penularan virus.

Sebetulnya, beberapa perusahaan rintisan, teknologi, dan korporasi raksasa sudah mulai mengaplikasikan sistem jam kerja fleksibel, bahkan sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Sistem ini mirip-mirip apa yang diberlakukan dalam WFH saat ini karena mengandalkan peranti teknologi; yang akan mengontrol produktivitas pegawai baik dari program kerja, timeline, interaksi, SOP, dan sebagainya.

Pada dasarnya, bekerja dengan jam fleksibel merupakan sistem pengaturan kerja yang memberi lebih banyak kebebasan kepada karyawan dalam mengatur jam kerja mereka. Generasi milenial akan lebih menyukai konsep bekerja seperti ini, karena mereka cenderung tidak ingin dikekang dan mengharapkan punya sisa waktu dalam sehari untuk melakukan hobi atau mempelajari skill baru.

Ada tiga skema pengaturan jam kerja fleksibel. Pertama, fleksibel harian yakni pekerja boleh memilih untuk ke kantor dan pulang pada jam berapa pun. Syaratnya, pekerja tetap bekerja selama delapan jam dalam sehari dengan satu jam istirahat.

Kedua, pemadatan jumlah hari kerja. Dalam skema ini, pekerja diminta untuk bekerja sebanyak sepuluh jam selama empat hari sehingga bisa memiliki tiga hari libur. Ketiga, fleksibel sepenuhnya yang membolehkan karyawan hanya ke kantor selama dua jam pada jam berapa pun. Sisa jam kerjanya bisa dikerjakan secara jarak jauh, asalkan pekerjaan tetap harus selesai dengan baik dan sesuai target.

Keuntungan Kebijakan Jam Kerja Fleksibel

Jika sudah mengenal beberapa jenis jam kerja fleksibel, lalu apa saja keuntungannya buat Anda? Berikut kami rangkum untuk Anda.

1. Lebih efisien

Dengan jam kerja fleksibel, Anda bisa menghindari jam padat saat menggunakan transportasi umum seperti bus dan kereta. Jika bekerja di kota-kota besar, utamanya Jakarta, para pekerja yang tinggal di kota-kota satelit akan berangkat jauh lebih pagi agar tidak menaiki transportasi umum yang penuh dan sesak.

Jika sudah fleksibel, Anda bisa lebih leluasa memakai waktu di pagi hari untuk kegiatan lain yang bisa mendukung produktivitas seperti sarapan pagi dan berolahraga. Selain itu, dengan jam kerja yang bisa dipilih sendiri, mereka bisa melakukan banyak keperluan pribadi seperti bertemu dengan keluarga atau teman, mengurus dokumen seperti KTP dan SIM tanpa harus izin dari kantor, atau ikut kursus untuk menambah keahlian.

2. Hemat biaya

Dengan adanya penerapan jam kerja fleksibel membuat Anda bisa lebih menghemat pengeluaran makan atau ongkos ekstra. Anda bisa kembali ke rumah saat makan siang dan melanjutkan pekerjaan dari rumah, atau dengan cara lainnya. Selain itu, perusahaan bisa lebih berhemat karena tidak perlu memberikan tunjangan transport bagi mereka yang tidak harus setiap hari ke kantor; dan menggantinya dengan benefit lain yang dibutuhkan di masa pandemi seperti vitamin, masker, serta sanitasi tangan.

3. Kurangi konflik 

Dengan sistem kerja yang fleksibel, maka Anda yang datang ke kantor akan semakin sedikit atau tak bertemu satu sama lain. Hal ini cukup efektif untuk menekan risiko konflik antarpersonal atau dengan atasan di perusahaan. Dengan jumlah karyawan yang datang lebih sedikit, ruang kantor juga bisa lebih fokus dimanfaatkan untuk salah satu tim divisi yang perlu menggunakan ruang lebih untuk bekerja. Terpenting, karena tidak adanya jam kerja yang terjadwal, kuantitas dan kualitas bekerja akan memengaruhi kenaikan gaji, tunjangan, dan bonus yang Anda dapatkan.

4. Kerja sesuai kebiasaan

Kebiasaan, pola, dan waktu produktif setiap orang mungkin berbeda-beda. Ada yang lebih fokus bekerja ketika malam hari, ada yang senang bekerja sembari mendengarkan musik, ada pula yang membutuhkan ketenangan, juga ada yang harus bekerja di udara bebas.

Dengan adanya jam fleksibel memungkinkan Anda melakukan hal yang membuat mereka nyaman, karena sistem kerja tidak diukur. Mereka juga cenderung tidak mengganggu fokus Anda lain kala harus mendengarkan musik, atau melakukan kebiasaan lainnya sehingga akan menghasilkan output yang memuaskan.

5. Minim stres

Penerapan jam kerja fleksibel membuat Anda dapat menekan stres serta memberikan keleluasaan lingkungan dan waktu kerja yang terbaik. Biasanya, Anda cenderung mengalami tekanan sejak di perjalanan, saat bekerja, hingga makan siang yang terlambat karena menumpuknya pekerjaan.

Sejumlah tekanan itu tentu akan membuat Anda tak bisa bekerja dengan fokus, produktif, dan sesuai target. Sebaliknya, dengan jam kerja fleksibel membuat Anda menjadi semangat, lebih kreatif, dan termotivasi menuangkan output yang terbaik guna meningkatkan produktivitas kerja.

Kerugian Sistem Kerja Fleksibel

Selain beberapa keuntungan yang didapat seperti di atas, Anda juga bisa alami kerugian saat perusahaan terapkan jam kerja fleksibel, loh. Beberapa contohnya yang kami rangkum adalah sebagai berikut:

1. Disrupsi tempat kerja

Terkadang fleksibilitas jam kerja tidak berujung positif pada karier dan kehidupan personal. Sebetulnya, rumah adalah tempat untuk kita beristirahat, tetapi dengan sistem ini kita gunakan juga untuk bekerja. Tidak adanya perbedaan tempat bekerja dan beristirahat bisa mendisrupsi kehidupan dan lingkungan kerja atau pun rumah. Kehidupan pribadi Anda bisa saja mengganggu atau terganggu dengan kebijakan ini.

2. Sulit berkomunikasi 

Jadwal kerja antarkaryawan yang berbeda bisa mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan komunikasi dan kerja sama yang kurang baik. Apalagi jika perusahaan menargetkan keberhasilan sesuatu proyek atau program tertentu. Hal ini akan diperburuk jika jam kerja antarkaryawan dalam satu tim kerja sangat bertolak belakang.

3. Persepsi negatif dari lingkungan rumah

Bekerja dari rumah bisa jadi malah membuat Anda menjadi bahan perbincangan di lingkungan tempat Anda tinggal. Sebab, tetangga bisa menganggap Anda sebagai seorang pengangguran karena tidak pernah terlihat berangkat kerja layaknya pegawai pada umumnya.

4. Pekerjaan malah bertambah

Karena atasan Anda tidak bisa mengawasi sepenuhnya, mereka bisa saja menghubungi Anda kapan pun untuk mengecek pekerjaan yang tengah dilakukan. Di sisi lain, karena atasan memandang Anda tidak bekerja di kantor dan dengan suasana yang lebih nyaman, atasan Anda cenderung menambah pekerjaan.

Untuk itu, Anda perlu memberitahu atasan mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan dan sejauh mana pekerjaan itu berlangsung. Anda juga perlu menetapkan prioritas antara kehidupan pribadi-kerja, dan disiplin tinggi untuk menjalani prioritas tersebut.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version