Smelter Freeport di Gresik Pulih Lebih Cepat, Sri Mulyani Soroti Potensi Kenaikan Produksi
Pajak.com, Jakarta — PT Freeport Indonesia (PTFI) berhasil mengakselerasi perbaikan smelter di Gresik dan mulai beroperasi kembali pada pekan ketiga Mei 2025, lebih cepat dari jadwal awal Juni. Percepatan perbaikan smelter itu menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan antara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan Chairman of the Board Freeport-McMoRan Inc. Richard C. Adkerson dan Presiden & CEO Freeport-McMoRan Kathleen L. Quirk.
Dalam unggahan di Instagram pribadinya, Sri Mulyani menyebut pertemuan tersebut juga membahas perkembangan smelter PTFI di Gresik, kondisi perekonomian Indonesia, serta dinamika global yang sedang berlangsung. Sri Mulyani mengungkapkan, Kathleen datang langsung ke Indonesia, antara lain untuk meninjau fasilitas smelter tersebut.
Dalam pertemuan itu pula, Kathleen juga menyampaikan harapannya agar kapasitas produksi dapat meningkat pada akhir tahun, seiring dengan percepatan proses perbaikan yang telah dilakukan di Gresik.
“Kami juga berbincang tentang hal lainnya; kesibukan menjelang persiapan perancangan APBN 2026, situasi perekonomian Indonesia yang relatif cukup stabil dalam kondisi lingkungan global yang penuh tekanan, serta kebijakan tarif resiprokal AS (Amerika Serikat) dan bagaimana cara Indonesia meresponsnya melalui proses negosiasi yang dipersiapkan secara baik,” tulisnya dalam unggahan tersebut, dikutip Pajak.com, Minggu (25/5/2025).
Di kesempatan berbeda, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas memastikan bahwa smelter kini sudah mulai beroperasi dan akan memproduksi katoda tembaga pada minggu keempat Juni 2025.
“Setelah konsentrat dimasukkan ke dalam furnace, diolah menjadi anoda tembaga, lalu dibawa ke electrorefinery untuk menjadi katoda tembaga,” kata Tony dalam keterangan resminya.
Tony menyebut insiden kahar yang terjadi pada 14 Oktober 2024 sempat menghentikan operasional smelter. Namun, berkat pengerahan lebih dari 2.000 tenaga kerja dalam dua sif serta pengiriman cepat material dengan pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 dan Antonov AN-124, perbaikan berhasil dipercepat.
“Dengan memprioritaskan keselamatan, kami berupaya maksimal agar perbaikan dan commissioning smelter selesai lebih cepat dan efisien. Setiap tahap kami lakukan dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan agar smelter secepatnya kembali berproduksi,” ucapnya.
Beroperasinya kembali smelter PTFI pada pekan ketiga Mei 2025 dipandang sebagai tonggak penting dalam perjalanan pemulihan pascainsiden kahar yang sempat menghentikan aktivitas produksi. Menurut Tony, capaian ini mencerminkan keunggulan manajerial dan kesiapan operasional PTFI dalam menghadapi tekanan situasional yang kompleks, sekaligus menegaskan keseriusan perusahaan dalam mendukung agenda strategis hilirisasi nasional.
“Produksi smelter sebetulnya akan dimulai pekan ketiga bulan Juni. Namun pada perkembangannya, proses perbaikan dapat diselesaikan lebih cepat,” jelas Tony.
Ia memaparkan, smelter akan masuk fase ramp-up, yakni peningkatan kapasitas produksi bertahap dari 40 persen menuju penuh 100 persen pada Desember 2025. Tony menekankan bahwa upaya maksimal dilakukan tanpa mengabaikan aspek keselamatan.
“Akselerasi ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara tambang terintegrasi dari hulu ke hilir, sekaligus mendukung program hilirisasi pemerintah sesuai dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK),” tegasnya.
Tony menegaskan, kembali beroperasinya Smelter PTFI ini dinilai strategis tidak hanya untuk memperkuat kemandirian industri dalam negeri, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
“Sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045, PTFI berkomitmen untuk terus memberikan nilai tambah bagi bangsa dan negara,” tutup Tony.
Comments