Pemerintah Tarik Utang Baru Rp349,3 Triliun Hingga Akhir Mei 2025
Pajak.com, Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menarik utang baru sebesar Rp349,3 triliun hingga akhir Mei 2025. Nilai ini sekitar 45 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025 yang sebesar Rp775,9 triliun.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menjelaskan bahwa utang baru tersebut merupakan bagian dari realisasi pembiayaan anggaran yang telah mencapai Rp324,8 triliun, atau 52,7 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 hingga akhir Mei 2025.
“Realisasi akhir Mei tahun ini untuk pembiayaan anggaran sebesar Rp324,8 triliun atau 52,7 persen dari target APBN itu sendiri. Breakdown-nya adalah pembiayaan utang sebesar Rp349,3 triliun,” jelas Thomas dalam konferensi pers APBN KiTA, sebagaimana dikutip Pajak.com pada Rabu (18/6/25).
Sementara itu, pembiayaan non-utang justru menunjukkan nilai negatif sebesar Rp24,5 triliun, yang mengindikasikan bahwa pemerintah melakukan investasi pada sektor-sektor strategis tanpa menambah beban utang negara.
“Pembiayaan non-utang di sini minus Rp24,5 triliun, artinya kita berinvestasi ke hal-hal khusus. Ini pembiayaan non-utang saya rasa perlu digarisbawahi, tidak menambah utang,” jelas Thomas.
Menurut Thomas, pemenuhan pembiayaan utang berjalan on track di tengah dinamika pasar keuangan dengan berbagai langkah mitigasi risiko antara lain strategi pembiayaan yang dijalankan pemerintah tidak hanya mempertimbangkan kebutuhan anggaran, tetapi juga responsif terhadap risiko-risiko yang berkembang. Pengelolaan utang dilakukan secara pruden, memperhatikan waktu pelaksanaan (timing), jenis instrumen (instrument), serta campuran mata uang (currency mix) guna menjaga ketahanan fiskal.
Pemerintah juga terus memperkuat cash buffer dan menjalankan pendekatan prefunding sebagai bagian dari manajemen risiko yang proaktif. Tujuannya adalah agar ketika tekanan pasar meningkat, pemerintah sudah memiliki cadangan likuiditas dan tidak harus buru-buru mencari pembiayaan dalam kondisi tidak menguntungkan.
“Strategi pembiayaan kita dijalankan secara fleksibel, terukur, mencakup aspek waktu, instrument dan komposisi mata uang, didukung oleh pelaksanaan prefunding, penguatan cash buffer serta manajemen cash dan utang yang sustainable atau berkelanjutan,” pungkas Thomas.
Dalam APBN 2025, total pembiayaan utang ditargetkan sebesar Rp775,9 triliun, dengan realisasi hingga Mei yang mencapai 45 persen dari target tersebut. Untuk pembiayaan non-utang, targetnya adalah minus Rp159,7 triliun, dan saat ini terealisasi minus Rp24,5 triliun atau 15,3 persen dari total target.
Comments