Menu
in ,

Membangun Strategi Digital Marketing di Era Media Sosial

Pajak.com, Jakarta – Seiring banyaknya pengguna internet di Indonesia, potensi digital marketing melalui pemanfaatan media sosial memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan penjualan produk bagi pelaku bisnis. Apalagi saat ini rata-rata orang di Indonesia menghabiskan waktu berselancar di dunia maya selama hampir tujuh jam setiap harinya. Namun, para pelaku bisnis perlu membangun strategi yang pas agar digital marketing melalui media sosial bisa tepat sasaran dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu media sosial yang saat ini dimanfaatkan sebagai media pemasaran digital adalah TikTok. Untuk berbagi strategi marketing, jaringan sosial dan platform video musik pendek asal Cina itu menggelar acara virtual perdana bertajuk “TikTok: The Stage” mengundang sejumlah perwakilan brand dan agensi ternama, seperti Bayer dan L’Oréal untuk berdiskusi pada Sabtu (20/10/2021).

Head of Digital, e-commerce and Media Bayer Consumer Health ASEAN Bim Gutierrez memandang, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma ekonomi digital di era new normal. Pergeseran itu terlihat dari kebiasaan baru masyarakat, mulai dari bertransaksi di e-commerce, membayar tagihan secara online, hingga penggunaan media sosial secara masif.

Untuk menyikapi pergeseran itu, menurut Chief Digital Officer L’Oréal Luxe South Asia Pacific, Middle East and North Africa (SAPMENA) Nicole Chan ada tiga pilar perubahan utama yang dapat memengaruhi minat konsumen.

Pertama, ide realitas yang samar. Kedua, pergeseran kategori kecantikan, dari riasan ke perawatan kulit. Ketiga, nilai, ekspektasi, dan minat konsumen yang berubah.

“Jika ingin berkembang, brand membutuhkan strategi pembuatan iklan dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu tujuan awal yang tepat, kapabilitas, sumber daya manusia (SDM), pengoperasian sistem, dan agility atau ketangkasan,” kata Nicole.

Nicole menyampaikan, platform media sosial dapat menciptakan lingkaran keberuntungan asalkan pengguna dapat menggabungkan, memahami, dan memberikan hal yang dibutuhkan konsumen. Sehingga orang akan datang lebih sering, menghabiskan waktu lebih banyak, dan tingkat interaksi yang lebih tinggi di platform tersebut. Ia menilai, sebagai platform media sosial, TikTok sudah berhasil menarik minat penggunanya.

Sementara itu, dari sudut pandang agensi, Managing Director OMD Singapura Sadhan Mishra mengatakan, perubahan bukanlah hal baru bagi masyarakat. Sebab, konsumen membutuhkan sesuatu yang dapat membangun rasa gembira mereka. Inilah yang menurut Sadhan harus disadari brand dan agensi.

Pada Juni lalu, ini pengguna aktif TikTok di Asia Tenggara mencapai 240 juta pengguna. Angka ini menunjukkan peningkatan sebanyak 85 persen dibandingkan 2020. Sadhan mengatakan bahwa TikTok menjadi platform yang menyediakan beragam kebutuhan pengguna, seperti tip, resep masakan, dan bahkan sekadar hiburan. Ia menilai, jika dapat memanfaatkan TikTok dengan baik, seperti menggabungkan realitas kehidupan dan bisnis pada platform, brand dapat membangun komunikasi dan peningkatan value dengan pengguna.

Mengamini pendapat Sadhan, Bim Gutierrez menambahkan, konsep iklan harus bisa menjadi pusat perhatian konsumen. Kalau tidak menarik, pengguna akan melewati iklan.

“Inilah pentingnya kita untuk membuat konsumen mendekat, seperti membangun kampanye dan kolaborasi sehingga membangun atensi dan empati pengguna,” kata Bim.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version