Menu
in ,

Kemenlu: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina bagi Indonesia

Pajak.com, Jakarta – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah mengungkapkan, invasi militer Rusia ke Ukraina akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia, terutama dari sektor perdagangan dengan kedua negara. Dengan demikian, serangan itu akan menghambat pemulihan kesehatan dan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

Seperti diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengumumkan telah menghancurkan pangkalan udara militer Ukraina, pada (24/2). Dalam keterangan yang dikutip dari kantor berita AFP (Agence France-Presse), Kemenhan Rusia juga menyebutkan, sistem pertahanan udara Ukraina sudah dilumpuhkan. Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina.

Hubungan Rusia dan Ukraina memanas sejak 2014. Kala itu, muncul revolusi menentang supremasi Rusia. Massa antipemerintah berhasil melengserkan Presiden Ukraina yang pro terhadap Rusia, yakni Viktor Yanukovych. Revolusi juga membuka keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa dan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Hal yang membuat Presiden Rusia Vladimir Putin semakin marah karena berdirinya pangkalan NATO di sebelah perbatasannya. Ketegangan pun terus berlanjut hingga saat ini.

“Pengaruh serangan Rusia ke Ukraina tidak hanya dirasakan di kawasan tersebut, di Eropa, tetapi juga di kawasan lain. Indonesia memiliki hubungan kedekatan baik dengan Ukraina maupun Rusia. Kedekatan tersebut terbentuk, baik kaitannya dengan hubungan perdagangan hingga investasi,” ungkap Faizasyah dalam konferensi pers virtual, (24/2).

Untuk itu, lanjutnya, dalam beberapa kesempatan Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga telah menekankan agar negara-negara di dunia tidak menambah persoalan di tengah kondisi pandemi.

“Karena itu, dari statement Presiden Joko Widodo dan Ibu Menlu bisa dimaknai bahwa konflik yang terjadi di sana, bila terus mengalami eskalasi akan memberi dampak langsung dan tidak langsung bagi kepentingan Indonesia di kawasan Eropa dan global. Selain itu juga akan menimbulkan tekanan baru untuk pulih dari tantangan ekonomi,” jelas Faizasyah.

Ia memastikan, Indonesia akan terus mendorong Rusia dan Ukraina untuk menggunakan cara damai dalam menyelesaikan konflik. Selain melakukan kontak langsung dengan Rusia, Indonesia juga menyampaikan pendapat kepada negara sahabat.

“Hingga sekarang, Indonesia tidak berhenti berupaya untuk memberikan keyakinan bagi pihak-pihak yang berkonflik bahwa jalur perdamaian saat ini adalah yang terbaik. Sehingga harapannya negara-negara tersebut bisa menghindari eskalasi dan bisa kembali ke meja perundingan,” ungkap Faizasyah.

Sementara itu, menurut analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto, memuncaknya perang antara Rusia dan Ukraina akan mengganggu rantai pasokan pangan, seperti jagung, gandum, dan lain-lain. Selain itu, juga akan memengaruhi rantai pasokan komoditas logam, antara lain tembaga dan nikel.

“Kami percaya gangguan dalam rantai pasokan komoditas lunak kemungkinan akan mendongkrak harga pangan,” kata Natalia.

BRI Danareksa Sekuritas mencatat, Rusia adalah pengekspor gandum utama dunia. Ditambah dengan Ukraina, kedua negara ini menyumbang sekitar 29 persen dari pasar ekspor gandum dunia.

“Meskipun musim panen beberapa bulan lagi, konflik berkepanjangan akan menciptakan kekurangan komoditas lunak dan harga yang lebih tinggi. Apalagi harga gandum dan jagung sudah melonjak,” jelas Natalia.

Menurut catatan BRI Danareksa, harga komoditas gandum telah melonjak 12 persen sejak awal tahun 2022, sementara harga jagung naik 14,5 persen sejak awal tahun ini.

“Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina mungkin mengganggu rantai pasokan pangan global. Fluktuasi harga komoditas mungkin menimbulkan risiko penurunan pada margin perusahaan dan memperpanjang pemulihan kinerja keuangan,” ungkap Natalia.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version