Menu
in ,

KADIN dan Omah Asa Perkuat Entrepreneurship Pesantren

KADIN dan Omah Asa Perkuat Entrepreneurship Pesantren

FOTO: IST

Pajak.com, Lampung – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menjalin sinergi dengan Omah Asa untuk memperkuat gerakan entrepreneurship di pesantren. Keduanya ingin menjadikan pesantren bukan hanya menjadi lembaga pendidikan, melainkan lembaga bisnis dan digital. Komitmen KADIN dan Omah Asa perkuat gerakan entrepreneurship di pesantren itu disampaikan dalam rangkaian pergelaran Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU), di Lampung.

Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, NU sebagai lembaga keagamaan punya potensi yang sangat besar. Ia mencatat, saat ini warga nahdiyin kurang lebih mencapai 100 juta.

“Ini adalah ekosistem yang sangat masif untuk menciptakan kemandirian umat. Dan ini bisa kita konsolidasikan secara efektif hanya dengan digitalisasi. Potensi tersebut, antara lain dengan pemberdayaan ekonomi, UMKM (usaha mikro kecil dan menengah), hingga dakwah,” kata Arsjad melalui keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, pada (25/12).

KADIN Indonesia akan berupaya mendorong pesantren untuk menjadi basis kegiatan ekonomi produktif. Pesantren dapat disinergikan dengan industri lokal atau pelaku UMKM di sekitar kawasan pesantren. Arsjad sangat menyayangkan jika pesantren hanya menjadi basis konsumsi produk-produk komersial.

“Indonesia harus jadi bangsa produsen, dan pesantren harus menjadi salah satu motor penggeraknya,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman Gus Miftah mengatakan, pesantren tidak cukup hanya mendidik ilmu agama untuk para santri, tetapi juga mendidik santri untuk menguasai ilmu ekonomi dan ilmu digital agar umat semakin berdaya dan sejahtera.

Sebagai informasi, Omah Asa didirikan oleh Gus Miftah, Ipang Wahid, dan Atta Halilintar. Omah Asa diharapkan menjadi pusat kebajikan yang menginisiasi gerakan-gerakan kebaikan dan pemberdayaan umat, salah satunya dengan menciptakan konten dan memberdayakan pesantren atau masyarakat pedesaan.

Hal senada juga diungkapkan Gus Ipang Wahid—cicit pendiri NU K.H. Hasyim Asy’ari. Menurutnya, pesantren harus mengikuti perkembangan zaman. Oleh sebab itu, diskusi pada Mukhtamar NU membahas sejumlah topik aKtual, mulai dari UMKM, industri, digital marketing, blockchain, dan cryptocurrency.

“Pesantren sekarang harus mampu bertransformasi menjadi basis kegiatan ekonomi produktif. Kita harus cerdas dan jeli mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi,” kata Gus Ipang.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meyakini NU memiliki kekuatan besar untuk berkontribusi dalam pemerataan ekonomi umat. NU mempunyai generasi muda dan santri yang kompeten menggerakkan ekonomi.

“Ini bisa dirajut dalam sebuah kekuatan lokomotif. Saya meyakini ini bisa menarik gerbong-gerbong yang ada di bawah untuk bersama-sama menyejahterakan kita semuanya. Pemerintah menawarkan generasi muda untuk dibuatkan sebuah wadah berupa kelompok usaha atau konsesi, diantaranya dalam bidang pertanian dan pertambangan. Tetapi sekali lagi, ini dalam sebuah kelompok usaha besar, sehingga nanti bisa menggeret, mengajak gerbong-gerbong yang lain untuk ikut menikmati. Ini memerlukan sebuah kerja besar, tetapi saya melihat potensi di Nahdlatul Ulama itu ada, tinggal merajutnya,” kata Jokowi.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version