Menu
in ,

Indonesia Inisiasi Strategi Akuakultur Skala Kecil di ASEAN

Pajak.com, Jakarta – Delegasi Indonesia mengikuti rangkaian pertemuan Kelompok Kerja Perikanan ASEAN (ASEAN/ASWGFi). Dalam pertemuan ini, Indonesia memimpin inisiatif untuk formulasi strategi regional untuk mendorong implementasi pedoman volunter akuakultur perikanan skala kecil sesuai ketentuan Food and Agriculture Organization (FAO) atau FAO Voluntary Guidelines on Small-scale Fisheries (SSF).

Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Agung Tri Prasetyo yang menjadi salah satu delegasi Indonesia mengatakan bahwa jumlah pelaku perikanan skala kecil di Indonesia dan di negara-negara ASEAN lainnya tercatat 90 persen, termasuk Small-scale aquaculture/SSA atau akuakultur (budidaya perairan) skala kecil perlu suatu panduan dalam pengelolaannya.

“Kalau SSF sudah ada, tinggal kita dorong implementasinya, sedangkan untuk small-scale aquaculture belum tersedia panduan, bahkan kesamaan persepsi dan pengertiannya pun belum ada. Oleh sebab itu, Indonesia siap memimpin pembahasan isu ini di kawasan dengan dukungan Sekretariat ASEAN,“ jelas Agung dalam keterangan tertulis KKP dikutip Minggu (27/6/21).

SSA telah terbukti memberikan kontribusi penting bagi ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan sosial-ekonomi. FAO menyebutkan, 98 persen pembudidaya ikan skala kecil dunia berada di negara berkembang, kebanyakan di daerah pedesaan.

Menurut data KKP, potensi sektor perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya dengan potensi produksi lestari sekitar 67 juta ton per tahun. Dari angka ini, potensi produksi lestari (Maximum Sustainable Yield/ MSY) perikanan tangkap laut sebesar 9,3 juta ton per tahun dan perikanan tangkap di perairan darat (danau, sungai, waduk, dan rawa) sekitar 900 ribu ton per tahun, atau total perikanan tangkap 10,2 juta ton per tahun. Sisanya, 56,8 juta ton per tahun adalah potensi perikanan budidaya, baik budidaya laut (mariculture), budidaya perairan payau (tambak), maupun budidaya perairan tawar (darat).

Selain isu akuakultur perikanan skala kecil, Indonesia sebagai Ketua Ad Hoc Taskforce on ASEAN General Fisheries Policy Feasibility Study (AGFP-FS) juga menyampaikan laporan pelaksanaan pertemuan penentuan posisi yang diambil oleh negara-negara ASEAN terhadap ASEAN General Fisheries Policy (AGFP), pada pertemuan ASWGFi ke-29.

Indonesia juga dan mengajak negara-negara ASEAN untuk mencapai pemahaman bersama dan memberi perhatian pada small-scale aquaculture (SSA) atau budi daya perairan skala kecil.

“Indonesia berhasil meraih dukungan dengan penegasan kembali bahwa yang diperlukan negara-negara ASEAN adalah mendorong implementasi kebijakan yang telah ada dan mekanisme yang sudah ada di ASEAN, daripada membuat suatu Kebijakan Umum Perikanan ASEAN baru yang menggantikan kebijakan-kebijakan yang sudah ada,“ kata Agung.

Sementara itu pada pertemuan ASEAN Shrimp Alliance (ASA) yang dilaksanakan tanggal 21 Juni 2021, dibahas upaya negara-negara ASEAN dalam mitigasi dampak Covid-19 terhadap komoditas udang yang meliputi aspek produksi dan perdagangan. Indonesia bersama negara-negara ASEAN lainnya memainkan peran yang signifikan sebagai eksportir produk udang ke pasar tradisional seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang.

Di Forum ASA, Indonesia mengingatkan pentingnya upaya untuk menjaga produktivitas dan kepatuhan terhadap aspek keamanan pangan (food safety) sebagai sesuatu yang wajib agar kepercayaan pasar terhadap produk udang tetap terjaga.

Dalam pembahasan sustainable aquaculture dan circular economy terkait pemanfaatan limbah lateks dan limbah sawit, anggota Delegasi Indonesia Erna Yuniarsih menyampaikan pengalaman Indonesia dalam pemanfaatan limbah sawit untuk komponen pakan ikan mandiri.

Pemanfaatan limbah sawit yang berupa Palm Karnel Meal (PKM) dari industri sawit ini dapat menjadi alternatif sumber protein pada pakan budidaya ikan patin guna mengurangi penggunaan tepung ikan (fish meal) sehingga biaya produksi budidaya dapat ditekan. Selain itu Indonesia juga sudah mulai melakukan kajian pemanfaatan biji karet sebagai sumber bahan baku protein nabati dalam pakan ikan.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version