Indef Peringatkan Tantangan Fiskal di Balik Target Pertumbuhan 8 Persen
Pajak.com, Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) peringatkan sejumlah tantangan fiskal yang dapat menghambat pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti menilai bahwa target tersebut sangat ambisius, namun tidak mudah dicapai tanpa reformasi kebijakan fiskal yang signifikan. Menurutnya, keterbatasan ruang fiskal, tingginya utang, dan rendahnya tax ratio menjadi hambatan utama yang harus segera diatasi.
““Ini sangat ambisius, namun kalau memang itu bisa terjadi, kita akan mendapatkan welfare yang cukup meningkat. Namun di sini saya cenderung pesimis dengan beberapa kondisi,” kata Esther dalam diskusi publik bertajuk Ambisi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Realistiskah?, di Jakarta pada Senin (18/11).
Esther menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen membutuhkan ruang fiskal yang luas untuk mendukung berbagai program dan kebijakan. “Pertumbuhan ekonomi 8 persen ini kan butuh fiscal space yang cukup lebar, cukup luas,” jelasnya.
Namun, situasi saat ini menunjukkan utang pemerintah terus meningkat, sementara tax ratio justru cenderung rendah dan mengalami penurunan. Kondisi ini mencerminkan keterbatasan kapasitas pemerintah dalam memanfaatkan anggaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain tantangan fiskal, Esther menyoroti bahwa selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga. Menurutnya, untuk mencapai target yang lebih tinggi, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan konsumsi, tetapi juga harus mendorong sektor lain seperti investasi dan ekspor.
“Kalau selama ini kita hanya dominantly didorong oleh konsumsi rumah tangga, namun untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, saya rasa kita harus meningkatkan investasi, meningkatkan ekspor,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Esther menyarankan agar pemerintah memperluas sumber pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan kontribusi sektor investasi dan ekspor serta meningkatkan pengeluaran pemerintah. “Kita perlu meningkatkan investasi dan ekspor sehingga dari mesin pertumbuhan ekonomi tidak hanya konsumsi rumah tangga, tetapi juga dari ekspor, investasi, dan pengeluaran pemerintah,” tambah Esther.
Menurutnya, tanpa adanya langkah-langkah reformasi fiskal yang konkret dan kebijakan diversifikasi ekonomi, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen akan sulit tercapai. Pemerintah diharapkan dapat menyiapkan strategi yang komprehensif untuk memperkuat basis ekonomi, terutama di tengah tekanan utang yang meningkat dan tax ratio yang menurun.
Comments