Impor Indonesia Naik 8,10 Persen di Akhir Tahun, Tembus 21,22 Miliar Dolar AS
Pajak.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia pada Desember 2024 mencapai 21,22 miliar dolar Amerika Serikat (AS), meningkat sebesar 8,10 persen dibandingkan November 2024.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh lonjakan impor migas sebesar 28,26 persen secara bulanan (month to month) dan impor non-migas yang meningkat 5,06 persen. Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa kontribusi kenaikan impor non-migas mencapai 4,40 persen, sementara impor migas memberikan andil sebesar 3,70 persen terhadap total kenaikan nilai impor bulan Desember.
Secara tahunan (year on year), nilai impor Desember 2024 juga mencatat peningkatan sebesar 11,07 persen. Namun, terdapat perbedaan pola pada sektor migas dan non-migas.
“Nilai impor migas tercatat turun sebesar 2,24 persen, sementara impor non-migas naik signifikan hingga 13,92 persen. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan volume dan rata-rata harga agregat impor non-migas,” ujar Amalia dalam konferensi pers pada Rabu (15/1/2025).
Berdasarkan jenis barang, seluruh kategori barang impor mencatatkan kenaikan baik secara bulanan maupun tahunan pada Desember 2024. Barang konsumsi tercatat naik 14 persen secara bulanan, sementara bahan baku/penolong yang mendominasi 70,71 persen dari total nilai impor meningkat sebesar 7,05 persen.
Kategori barang modal juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,87 persen. Secara tahunan, barang konsumsi meningkat sebesar 12,44 persen, bahan baku/penolong naik 8,84 persen, dan barang modal mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 19,60 persen.
Komoditas utama yang diimpor Indonesia pada Desember 2024 meliputi mesin peralatan mekanis, mesin perlengkapan elektrik, serta besi dan baja. Ketiga komoditas ini memberikan kontribusi sebesar 34,88 persen terhadap total impor non-migas.
Amalia merinci, nilai impor mesin peralatan mekanis mencapai 3,04 miliar dolar AS dengan volume 0,40 juta ton, sementara mesin perlengkapan elektrik mencatatkan nilai impor sebesar 2,28 miliar dolar AS dengan volume 0,17 juta ton. Di sisi lain, impor besi dan baja tercatat sebesar 0,93 miliar dolar AS dengan volume 1,40 juta ton.
Tiongkok tetap menjadi negara utama asal impor non-migas Indonesia, dengan kontribusi sebesar 40,65 persen atau setara dengan 7,29 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya maupun bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Kemudian, Jepang dan Australia berada di urutan kedua dan ketiga sebagai negara asal impor, dengan kontribusi masing-masing sebesar 7,48 persen dan 4,84 persen. Selain itu, kawasan Uni Eropa juga menunjukkan kenaikan nilai impor, baik secara bulanan maupun tahunan.
Sepanjang tahun 2024, total impor Indonesia mencapai 233,66 miliar dolar AS, meningkat 5,31 persen dibandingkan tahun 2023. Peningkatan ini terjadi pada sektor migas maupun non-migas. Nilai impor bahan baku/penolong, yang menjadi komponen utama impor, tercatat mencapai 169,68 miliar dolar AS, naik 5,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Peningkatan nilai impor terutama terlihat dari negara-negara utama seperti Tiongkok, Singapura, dan ASEAN, meskipun impor dari Jepang dan Uni Eropa mengalami penurunan sepanjang tahun 2024,” kata Amalia.
Comments