Menu
in ,

5 Perusahaan Rintisan untuk Si “Digital Nomad”

Perusahaan untuk Si “Digital Nomad”

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Kehadiran digital nomad alias pengembara digital semakin menjamur di Bali dan beberapa destinasi utama di dunia selama pandemi ini. Berbagai istilah yang muncul seperti work from anywhere (WFA), work from destination (WFD), hingga work from Bali (WFB) semakin memperkuat alasan bagi para digital nomad ini bisa bekerja dari berbagai belahan dunia.

Data perkembangan teknologi informasi dan adanya tren digital nomad juga memengaruhi gaya hidup masyarakat. Menurut data dari riset berjudul “Digital Frontiers 3.0 Study” yang dirilis pada 15 April 2021, dari 80 persen digital explorers, sekitar 64 persen di antaranya adalah tenaga kerja milenial yang menganggap bekerja bisa dilakukan di mana saja.

Bahkan, lebih dari 70 persen responden percaya bahwa mereka bisa tetap produktif meskipun bekerja di luar kantor. Melihat data tersebut, tentu tak heran jika tren digital nomad semakin populer terutama di tengah pandemi seperti saat ini. Pada 2020, tercatat lebih dari 6,3 juta orang Amerika Serikat menyatakan diri sebagai digital nomad.

Ya, gaya bekerja ini memang banyak didamba, bahkan jadi bucket list generasi muda masa kini. Ingin tetap berdedikasi, membangun karier tanpa terikat aturan-aturan institusi kerja. Singkatnya, digital nomad merupakan seseorang yang melakukan pekerjaannya tanpa terikat waktu dan tempat.

Tidak hanya sekadar “pindah tempat kerja”, para remote worker ini juga bisa bekerja sambil liburan. Misalnya bekerja sambil menikmati pantai, gunung, dan keindahan alam di setiap destinasi yang dikunjungi. Mengutip laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ada dua tipe digital nomad, yaitu workation dan bleisure.

Workation adalah penggabungan antara bekerja dan liburan, sementara bleisure lebih pada business and leisure. Intinya, kedua tipe digital nomad tersebut tetap sama-sama mendatangkan wisatawan untuk bekerja di destinasi tujuan.

Tren digital nomad inilah yang dimanfaatkan berbagai negara untuk menarik kunjungan wisatawan, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan tren digital nomad digadang-gadang menjadi salah satu cara meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Ada beberapa indikator menentukan beberapa negara atau daerah cocok untuk dijadikan destinasi digital nomad. Mulai dari akses dan kecepatan jaringan internet, biaya sewa apartemen atau penginapan, kesulitan bahasa, keterbukaan pada pelaku digital nomad, biaya serta akses ke visa kerja, dan lama visa kerja jarak jauh.

Dari beberapa indikator itu, Bali termasuk salah daerah yang cocok untuk menerapkan konsep digital nomad. Maka, tak heran, kan, kalau kita banyak menjumpai WNA yang fokus menatap layar laptop di kafe atau pinggir pantai di sekitar wilayah Jimbaran dan Canggu.

Di luar Indonesia, beberapa negara juga sedang bersaing memperebutkan para digital nomad untuk menggantikan jumlah wisatawan yang merosot drastis selama pandemi. Berbagai jurus kemudahan dikeluarkan, salah satunya memberikan visa khusus. Beberapa negara yang menjadi incaran destinasi bagi pengembara digital sekaligus yang telah menerbitkan digital nomad visa yakni Jerman, Meksiko, Islandia, Estonia, Dubai, dan Norwegia. Jika Anda bukan seorang entrepreneur, maka bekerja di perusahaan yang telah memberlakukan aturan WFA secara permanen adalah jawabannya.

Perusahaan-perusahaan digital Nomad

Berikut kami referensikan beberapa perusahaan rintisan bergengsi, yang barangkali bisa menjadi pilihan untuk meraup cuan sambil berlibur, yakni:

1. Airbnb

Bos Airbnb Brian Chesky baru-baru ini mengatakan kepada pekerjanya jika mereka dapat bekerja dari jarak jauh secara permanen. Sebab, jika mereka kembali ke kantor kemungkinan akan ada sesuatu yang berbeda. Ia bahkan menganggap kalau bekerja dari kantor telah menjadi tren usang atau ketinggalan zaman.

Dengan kebijakan kerja fleksibelnya yang baru, Chesky mengatakan perusahaan berencana agar karyawan berkumpul secara langsung selama sekitar satu minggu setiap kuartal. Hal ini untuk memastikan ada hubungan antar manusia.

Di sisi lain, perusahaan aplikasi akomodasi yang bermarkas di San Fransisco ini bakal merombak ulang kantornya, agar lebih sesuai dengan tempat kerja di masa depan. Satu satunya denah lantai kantor yang terbuka (open space).

2. eFishery

Perusahaan yang bergerak di bidang akuakultur ini sudah memberlakukan WFA dari awal pandemi pada tahun 2020 silam bagi para eFisherian—sebutan untuk karyawan eFishery. Menurut Co-founder dan Chief of Staff eFishery Chrisna Aditya, sistem WFA ini dimulai sejak pertengahan 2020, kala pandemi COVID-19 tengah merebak di Indonesia dan perusahaan diminta menerapkan work from home.

Semenjak diberlakukan, produktivitas karyawan eFishery yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat ini meningkat dengan cukup tinggi. Pertumbuhan dan kemajuan kerja karyawan pun dinilai cukup maksimal. Indikator ini cukup bagi manajemen untuk menetapkan WFA secara permanen.

eFishery memanfaatkan berbagai teknologi yang tidak hanya dapat menunjang produktivitas kerja, tetapi juga meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu kerja. Misalnya, sistem absensi yang dilakukan melalui aplikasi manajemen karyawan atau penggunaan aplikasi untuk monitor pekerjaan yang sifatnya kolaboratif antarkaryawan. Penetapan sistem remote working ini, dilakukan lantaran banyak dari karyawan yang merasa dapat bekerja lebih santai namun tetap produktif karena memiliki work-life balance yang lebih terasa.

3. Blibli

Perusahaaan rintisan di bidang e-commerce ini berdiri sejak 2010 silam. Namun melihat hasil positif dari WFH yang diterapkan sejak pandemi, Blibli memutuskan menerapkan WFA secara permanen pada Januari 2022.

Selama diberlakukannya kebijakan WFA, manajemen perusahaan mencatat fakta kalau tidak terjadinya penurunan produktivitas pada karyawan Blibli. Di sisi lain, antusiasme digital talents untuk bergabung bersama Blibli tetap terjaga. Hal itu dibuktikan lewat ratusan karyawan baru bergabung dalam periode WFA, 230 pelatihan daring, serta lebih dari 24 kali on-line onboarding secara mulus dilakukan.

Seiring dengan perkembangan pandemi serta aspirasi dari Bliblioneers (sebutan bagi karyawan Blibli), manajemen perusahaan melihat penerapan WFA merupakan kebijakan paling ideal dengan mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan baik jasmani maupun mental. Bliblioneers diberikan kebebasan untuk memilih tempat kerjanya mulai dari kantor, rumah, working space, hingga kafe.

Para karyawan juga berhak menentukan pilihannya sendiri dalam menjalankan metode bekerja yang paling tepat bagi mereka, mengingat setiap individu memiliki preferensi, urusan domestik, hingga tantangannya masing-masing.

Untuk menjaga produktivitas, Bliblioneers diberi dukungan infrastruktur pekerjaan seperti gawai yang mendukung kerja dari mana saja yang dilengkapi dengan sistem keamanan, sehingga data dan informasi tetap dapat dikelola keamanannya. Menariknya, Blibli juga mengalihkan beberapa komponen insentif untuk mendukung biaya pribadi yang digunakan untuk bekerja, seperti jaringan internet.

4. Flip

Sudah memberlakukan sistem remote work selama dua tahun atau semasa pandemi, Flip resmi menerapkan WFA secara permanen per Februari 2022. Perusahaan rintisan aplikasi keuangan ini memberikan benefit seperti mental health support dan training untuk tingkatkan personal development karyawannya.

Tak hanya itu saja, perusahaan transfer dana yang telah terlisensi oleh Bank Indonesia ini juga dikabarkan pun memberikan benefit seperti laptop, meja, kursi, dan biaya internet untuk mendukung para karyawannya memberikan kinerja terbaik dalam bekerja.

5. Stockbit dan Bibit

Kedua startup di bidang finansial ini pun mengambil langkah serupa. Sejak Februari 2022, mereka menerapkan sistem remote atau bekerja dari mana pun di luar kantor untuk meningkatkan produktivitas sekaligus kualitas kerja pegawai.

Alasannya, para pekerja dapat secara fleksibel memilih jam kerja, menghemat waktu dalam perjalanan, serta bisa memilih tempat bekerja yang membuat mereka paling nyaman. Namun, di saat yang sama ada beberapa divisi yang memilih bekerja secara off-line atau dari kantor, karena merasa ada hambatan dalam melakukan brainstorming secara efektif jika bekerja secara WFH.

WFA, menurut manajemen Stockbit dan Bibit saat ini masih merupakan metode yang ideal. Karyawan tetap boleh memilih untuk bekerja di kantor atau di luar kantor sesuai dengan preferensi dan kebutuhan. Keduanya, hingga saat ini, masih belum ada wacana untuk menjalankan pekerjaan dari kantor. Mereka percaya bahwa WFA dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas dengan baik.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version