Menu
in ,

Tiongkok Bebaskan Bea Masuk Impor Batu Bara

Tiongkok Bebaskan Bea Masuk

FOTO: IST

Pajak.com, Tiongkok – Tiongkok membebaskan tarif bea impor, termasuk pajak dalam rangka impor, ke semua jenis batu bara mulai 1 Mei 2022 hingga Maret 2023. Keputusan ini ditetapkan pemerintah untuk memastikan keamanan energi di tengah melonjaknya harga komoditas dan kekhawatiran gangguan pasokan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Sebelumnya, tarif bea masuk atas batu bara ditetapkan 3 persen—6 persen.

“Tujuh jenis batu bara yang mendapatkan tarif bea masuk nol persen termasuk coking coal dan brown coal. Pemangkasan tarif impor tidak akan mengarah pada peningkatan substansial dalam volume impor batu bara Tiongkok, mengingat harga batu bara yang tertekan secara artifisial di pasar domestik,” demikian pengumuman Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Tiongkok, dikutip Pajak.com (7/5).

Secara simultan, produksi batu bara di Tiongkok terus dioptimalkan untuk memenuhi pasokan dalam negeri. Sejak Maret 2022, kebijakan peningkatan produksi dan pasokan batu bara memang terus diperkuat. daerah penghasil utama batu bara telah melakukan segala upaya untuk memanfaatkan potensi dan memperluas kapasitas serta pasokan.

Pemerintah Tiongkok mencatat, pada Maret 2022, 396 juta ton batu bara mentah diproduksi, naik 14,8 persen bila dibandingkan tahun lalu atau tumbuh 4,5 persen lebih cepat dari Januari 2022—Februari 2022. Sementara produksi harian rata-rata adalah 12,77 juta ton. Pada kuartal I-2022, 1,08 miliar ton batu bara mentah diproduksi, meningkat 10,3 persen atau 51,81 juta ton jika dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, batu bara yang diimpor Negeri Tirai Bambu ini sebesar 16,42 juta ton pada Maret 2022, turun 39,9 persen. Adapun harga batu bara Tiongkok adalah sekitar 1.200 yuan (181,61 dollar AS) per ton, dengan harga kontrak berjangka yang dibatasi oleh pemerintah pada 770 yuan.

Berdasarkan catatan International Energy Agency, Tiongkok tercatat sebagai negara importir batu bara terbesar. Kontribusi Tiongkok terhadap konsumsi batu bara global mencapai 56 persen pada 2020. Kemudian, salah satu negara terbesar di dunia ini mengimpor 323,33 juta ton batu bara pada 2021 atau sekitar 8 persen dari total konsumsinya. Indonesia adalah negara yang memasok batu bara terbesar dengan 60 persen lebih dari total impor batu bara Tiongkok. Sementara Rusia menjadi nomor dua setelah impor batu bara Australia dilarang.

Presiden Xi Jinping telah berulang kali membahas peran penting batu bara dalam bauran energi di Tiongkok. Di sisi lain, ia juga berjanji mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap dan membawa Tiongkok menjadi negara dengan emisi karbon yang rendah pada 2030—sesuai Perjanjian Paris.

“Tiongkok telah berkomitmen untuk beralih dari puncak karbon ke netralitas karbon dalam jangka waktu yang jauh lebih singkat dari yang mungkin dilakukan banyak negara maju, dan itu membutuhkan upaya yang luar biasa keras dari semua. Kami akan membatasi dengan ketat peningkatan konsumsi batu bara selama periode rencana lima tahun ke-14 (2021 hingga 2025) dan menurunkannya secara bertahap dalam periode rencana lima tahun ke-15 (2026 hingga 2030),” jelas Xi Jingping.

Sementara di Indonesia, di awal 2022, pemerintah sempat melarang ekspor batu bara untuk menjaga keamanan energi dalam negeri. Kini, kebijakan itu telah dicabut. Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin memastikan, izin ekspor itu diberikan setelah pasokan batu bara dan persediaannya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sudah dalam kondisi baik. Secara simultan, Indonesia juga gencar mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT).

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version