in ,

Kondisi Ekonomi RI Terkini: Pendapatan Negara Jebol, Pajak Anjlok Hingga APBN Tekor Rp31,2 Triliun

Pendapatan Negara APBN
FOTO: IST

Kondisi Ekonomi RI Terkini: Pendapatan Negara Jebol, Pajak Anjlok Hingga APBN Tekor Rp31,2 Triliun

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Hingga 28 Februari 2025, total pendapatan negara baru mencapai Rp316,9 triliun. Angka ini turun drastis sebesar Rp83,46 triliun atau 20,85 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, yang saat itu berhasil mengumpulkan Rp400,36 triliun.

Dari total pendapatan tersebut, penerimaan perpajakan tetap menjadi kontributor utama. Namun, realisasinya masih jauh dari target yang ditetapkan. “Penerimaan perpajakan [keseluruhan] Rp240,4 triliun atau 9,7 persen dari target tahun ini,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA, dikutip Pajak.com pada Jumat (14/3/2025).

Secara lebih rinci, penerimaan pajak hingga 28 Februari 2025 hanya mencapai Rp187,8 triliun atau 8,6 persen dari target APBN 2025 yang ditetapkan sebesar Rp2.189,3 triliun. Angka ini turun drastis sebesar 30,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp269,02 triliun.

Baca Juga  Komwasjak ”Monitoring” Perbaikan ”Core Tax”

“Penerimaan perpajakan ini termasuk penerimaan pajak pada Februari 2025 yang sebesar Rp187,8 triliun,” jelas Sri Mulyani.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu menambahkan bahwa penerimaan pajak pada Januari-Februari 2025 memiliki pola musiman yang spesifik. Menurutnya, penerimaan cenderung turun setelah peningkatan pada bulan Desember akibat efek Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta akhir tahun anggaran. Selain faktor musiman, perlambatan penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas global.

“Penerimaan pajak Januari hingga Februari 2025 melambat dibandingkan tahun 2024 akibat harga komoditas,” jelas Anggito. Beberapa harga komoditas utama mengalami penurunan yang signifikan, antara lain batu bara (-11,8 persen), Brent (-5,2 persen), dan nikel (-5,9 persen).

Baca Juga  DJP Catat 5,03 Juta Wajib Pajak Sudah Lapor SPT Tahunan

Selain penerimaan perpajakan, sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga mengalami tekanan. Hingga akhir Februari 2025, PNBP baru mencapai Rp76,4 triliun atau 14,9 persen dari target APBN tahun 2025 yang sebesar Rp513,6 triliun. Nilai ini turun 4,14 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2024 yang sebesar Rp79,7 triliun.

Sementara itu, sektor kepabeanan dan cukai mencatat realisasi Rp52,6 triliun atau 17,5 persen dari target APBN yang sebesar Rp301,6 triliun.

Di sisi lain, belanja negara terus meningkat dan sudah mencapai Rp348,1 triliun hingga Februari 2025. Angka ini terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp211,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp136,6 triliun.

Baca Juga  KEP-67/PJ/2025 Terbit! DJP Hapus Sanksi Keterlambatan dan Pelaporan Pajak Akibat ”Core Tax” 

Dengan belanja yang jauh lebih besar dibandingkan pendapatan, APBN pun mengalami defisit sebesar Rp31,2 triliun atau setara dengan 0,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Menanggapi kondisi tersebut, Sri Mulyani menegaskan bahwa defisit APBN masih berada dalam batas yang telah dirancang dalam kebijakan fiskal. “Saya ingatkan kembali APBN di desain dengan defisit Rp616,2 triliun, jadi ini defisit 0,13 persen tentu masih di dalam target desain APBN sebesar -2,53 persen dari PDB yaitu Rp616,2 triliun,” ujar Sri Mulyani.

Meski APBN mengalami defisit, keseimbangan primer masih mencatat surplus sebesar Rp48,1 triliun.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *