Menu
in ,

“Startup” Brick Dapat Modal Rp 122 M dari Investor Global

“Startup” Brick Dapat Modal Rp 122 M dari Investor Global

FOTO: Dok. Brick

Pajak.com, Jakarta Startup financial technology (fintech) asal Indonesia bernama Brick, mendapat modal sebesar 8,5 juta dollar AS atau Rp 122 miliar dari investor global yang dipimpin oleh Flourish Ventures dan Antler asal Singapura. Kemudian, dukungan pendanaan juga datang dari modal ventura, yakni Trihill Capital, Better Tomorrow Venture, Rally Cap Venture; tokoh global terkemuka dalam industri fintech, seperti Sima Gandhi (Plaid), Yan Wu (Bond), Brian Ma (Zero Down), Ooi Hsu Ken (Iterative), Amrish Rau (Pine Labs), hingga Andrea Baronchelli (Aspire). Investasi ini akan dimanfaatkan Brick untuk masuk ke pasar keuangan terbuka (open finance) di Asia Tenggara.

Co-founder and CEO Brick Gavin Tan mengatakan, perusahaan berencana mengembangkan bisnisnya ke Singapura dan Filipina dengan membangun platform teknologi terbaru untuk mendukung layanan. Hal ini agar banyak developer dan startup di Asia Tenggara untuk membangun layanan keuangan secara inklusif.

“Brick tengah membangun infrastruktur fintech untuk perusahaan teknologi di Asia Tenggara dan kami senang melihat kepercayaan investor pada perkembangan startup Indonesia, khususnya sektor fintech. Setidaknya, yang ditunjukkan melalui investasi ini,” kata Gavin dalam keterangan tertulis yang dikutip Pajak.com(15/2).

Sekilas informasi, Brick merupakan startup keuangan yang didirikan pada 2020 oleh Gavin dan rekannya Deepak Malhotra sebagai Chief Technology Officer (CTO). Sebelumnya, Gavin dan Deepak mempunyai pengalaman di Aspire. Di sana, mereka membangun Neobank—unicorn pertama di India.

Gavin mengungkap, saat ini Brick menyediakan layanan application programming interface (API) untuk fintech dan perusahaan teknologi. API Brick memudahkan platform fintech menawarkan jasa pembayaran, kredit, investasi dan asuransi kepada konsumen.

“Teknologi Brick akan menghubungkan platform dengan sumber data yang bersifat hyperlocal. Ketika konsumen ingin mengajukan pinjaman, teknologi Brick dapat menghubungkan platform dengan akun keuangan pengguna. Teknologi Brick juga mengumpulkan data dompet digital dan data ketenagakerjaan untuk membantu mempercepat proses pengajuan pinjaman,” jelasnya.

Gavin juga menyebutkan, Brick sudah bekerja sama dengan ribuan developer di Indonesia dan memiliki lebih dari 50 klien termasuk beberapa perusahaan fintech, diantaranya Sinarmas Group dan Astra Financial. Brick telah mendukung lebih dari 13 juta API dan 1 juta konsumen setiap bulannya.

Dalam kesempatan yang sama, Global Investments Advisor Flourish Ventures Smita Aggarwal menilai, perusahaan memberikan pendanaan kepada Brick seiring dengan potensi open finance yang besar di Asia Tenggara.

“Kami percaya bahwa adopsi yang luas dari open finance dapat mempercepat inklusi keuangan di seluruh wilayah dan memberikan dorongan yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi,” kata Smita.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Flourish Ventures dan McKinsey Company, menunjukkan adopsi luas ekosistem open data di India dapat menghasilkan peningkatan produk domestik bruto (PDB) 4 persen hingga 5 persen pada 2030.

“Flourish percaya bahwa potensi peningkatan di Asia Tenggara dapat lebih besar lagi. Tingginya permintaan pasar adopsi open finance di Asia Tenggara dibarengi dengan dukungan regulasi yang kuat,” ujar Smita.

Optimisme itu juga diungkapkan Partner Antler Teddy Himler. Ia menilai, pasar Asia Tenggara memiliki ekosistem fintech yang lebih transparan, kompetitif, dan inovatif.

“Kami percaya bahwa bank-bank di Asia Tenggara, pemerintah dan layanan konsumen akan merangkul open finance sebagai cara untuk merevolusi sistem pembayaran dan infrastruktur data yang masih tradisional,” tambah Teddy.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version