Menu
in ,

Ketegangan Rusia dan Ukraina Berdampak Tipis ke IHSG

Pajak.com, Jakarta – Para analis memproyeksi ketegangan Rusia dan Ukraina tidak akan berimbas terlalu dalam terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setidaknya, hal itu tergambar dari pergerakan IHSG yang hanya turun tipis sebesar 0,7 persen ke level 6.888,71 dalam sepekan (periode 21 Februari—25 Februari 2022).

Analis PT CGS-CIMB Sekuritas Peter P Sutedja mengatakan, justru isu perang ini dapat dimanfaatkan oleh investor untuk membeli saham berharga murah. Berdasarkan data BEI, terdapat sejumlah sektor saham yang turun, seperti transportasi dan logistik melemah 4,93 persen, consumer cyclicals 2,25 persen, sektor teknologi 2,13 persen, properti dan real estate 2,07 persen, serta keuangan turun 2,42 persen.

“Berdasarkan data perang dalam beberapa tahun terakhir, seperti perang Afganistan pada 2001, Yaman 2002, Irak 2003, Pakistan 2004, Libya 2011, Suriah 2014, terungkap bahwa penurunan IHSG hanya berlangsung jangka pendek. Bahkan, dalam enam bulan, IHSG melaju dalam sejumlah perang yang terjadi dalam 20 tahun terakhir itu,” ungkap Peter dalam risetnya yang dikutip Pajak.com, (26/2).

Ia membedah, salah satunya, pada perang Irak tahun 2003 hanya mengakibatkan penurunan IHSG sebesar 0,2 persen dalam sepekan. Sedangkan dalam enam bulan, IHSG justru melonjak 27,5 persen. Begitu pula dengan sejumlah perang di beberapa negara yang terjadi selama 2000—2015 yang tidak berimbas terlalu negatif terhadap IHSG.

Berdasarkan riset CGS CIMB Sekuritas, invasi Rusia ke Ukraina akan menguntungkan Indonesia sebagai eksportir energi, khususnya batu bara dan gas. Indonesia juga diuntungkan atas ekspor minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO).

“Kami menilai bahwa sentimen itu akan mendorong harga komoditas meningkat, sehingga menguntungkan Indonesia. Apalagi Indonesia menjadi eksportir besar dunia untuk sejumlah komoditas,” jelas Peter.

Hal senada juga diungkap analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya. Ia memastikan, ketegangan antara Rusia dan Ukraina hanya menimbulkan dampak negatif sesaat. Pada awal pekan (21 Februari 2022), IHSG mendapat sentimen positif karena rilis data surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang naik 163 persen pada Januari 2022—dibandingkan tahun lalu di periode yang sama. Kemudian, IHSG baru menurun menjelang akhir pekan (24 Februari 2022) sebesar 1,48 persen karena pengumuman serangan militer Rusia ke Ukraina.

“Meskipun begitu, konflik ini memberi sentimen negatif sesaat saja bagi IHSG. Jumat ini (25 Februari 2022) IHSG rebound tinggi karena investor asing kembali masuk bahkan melakukan net buy lebih Rp 1 triliun,” kata Cheryl.

Ia menilai, investor asing melakukan net buy karena lebih dipengaruhi oleh data fundamental ekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Selain itu, kasus varian Omicron di tanah air juga relatif terkendali, kematian yang rendah, dan kapasitas rumah sakit memadai. Sentimen positif lainnya masih berasal dari rilis data laba bersih perbankan yang cukup besar pada beberapa pekan lalu. Kondisi ini menunjukkan perbaikan di atas perkiraan pasar.

Sementara itu, menurut analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, kenaikan IHSG pada penutupan perdagangan di akhir pekan, sejalan dengan pergerakan indeks Amerika Serikat (AS) dan Asia yang juga bergerak menguat. Hal ini didorong oleh sentimen konflik Rusia dan Ukraina yang mulai mereda karena adanya sanksi ekonomi dari negara-negara G7, yakni AS, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Kanada.

“Untuk pekan depan, diperkirakan support IHSG berada di level 6.698 dengan resistance di 6.930. Pelaku pasar akan menunggu rilis data inflasi Indonesia dan mencermati perkembangan konflik Rusia dan Ukraina, serta pengetatan kebijakan moneter dari AS,” kata Herditya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version