in ,

Belajar Kelola Uang dari Kaluna, Sosok Generasi “Sandwich” yang Punya Tabungan Rp 300 Juta 

Kelola Uang Kaluna
FOTO: Dok. Visinema Pictures

Belajar Kelola Uang dari Kaluna, Sosok Generasi “” yang Punya Tabungan Rp 300 Juta 

Pajak.comJakarta – Kaluna, tokoh utama dalam film Home Sweet Loan ini menjadi simbol inspirasi bagi banyak orang karena relevansinya dengan kehidupan kelas menengah yang mendominasi perekonomian Indonesia. Kisah Kaluna mencerminkan kesuksesan dalam kelola keuangan secara cermat sekaligus menunjukkan kemampuannya bertahan di tengah tekanan ekonomi serta konflik keluarga nan kompleks. Sebagai generasi sandwich—yang dianalogikan seperti sepotong daging yang terimpit di antara dua roti—Kaluna menghadapi berbagai masalah internal keluarga. Sejatinya, bagaimana Kaluna berhasil mengatasi tantangan finansial, mengelola tabungan hingga mencapai Rp 300 juta, dan meredam konflik dalam keluarganya?

Pengelolaan Keuangan yang Inspiratif

Di film ini, Kaluna digambarkan sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, yang bekerja keras untuk mengumpulkan tabungan demi membeli rumah sendiri. Meskipun hanya seorang pegawai swasta biasa, Kaluna berhasil menabung hingga Rp 300 juta, sebuah pencapaian yang luar biasa dan menginspirasi banyak orang.

Ia punya impian untuk membeli rumah demi keluar dari rumah yang dihuni oleh tiga kepala keluarga—Ayah dan kedua kakaknya. Namun, gajinya yang tak pernah menyentuh dua digit membuatnya serasa bermimpi untuk memiliki rumah idaman yang minimal di pinggiran Jakarta.

Rupanya, rahasia utama Kaluna terletak pada penerapan frugal living atau gaya hidup hemat yang dijalankannya secara disiplin. Kaluna menggunakan spreadsheet untuk mencatat semua pemasukan dan pengeluaran, memastikan setiap pengeluaran terkontrol dan dipertimbangkan dengan matang.

Bagi kelas menengah yang kerap terjebak dalam pengeluaran konsumtif, langkah sederhana seperti mencatat pengeluaran yang dilakukan Kaluna bisa menjadi titik balik dalam kelola keuangan. Kaluna juga menyadari dirinya tidak berada di kalangan elite apalagi sosialita. Untuk itu, ia sangat berhati-hati dalam merangkai mimpinya.

Baca Juga  Kejar Target Investasi Rp1.650 Triliun, Pemerintah Minta Perusahaan Segera Lapor LKPM

“Orang biasa kayak saya, untuk bermimpi saja harus sadar diri,” kata Kaluna di film tersebut, dikutip Pajak.com, Minggu (13/10).

Kaluna juga menahan diri dari gaya hidup konsumtif dengan mengurangi frekuensi nongkrong, menghindari berbelanja barang-barang yang tidak diperlukan, dan selalu membawa bekal ke kantor untuk menghemat biaya makan. Dalam film garapan Sabrina Rochelle Kalangie ini, transportasi publik seperti Transjakarta dan KRL menjadi pilihan utama Kaluna dalam mobilitas sehari-hari, bahkan ia lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan ojek daring jika memungkinkan. Faktanya, gaya hidup sederhana ini tidak hanya hemat tetapi juga sehat.

Yang membuat Kaluna berbeda adalah keteguhannya dalam menjalani hidup sederhana tanpa gengsi. Ia tetap menggunakan mobil lama yang berusia 10 tahun, tidak merasa perlu berlangganan layanan streaming musik, dan tetap bisa menikmatinya meski dengan iklan.

Kaluna juga tidak mengandalkan satu sumber penghasilan saja. Ia mengambil pekerjaan lepas sebagai model makeup untuk menambah pemasukan. Pekerjaan sampingan ini membantu menambah tabungannya tanpa harus mengorbankan kebutuhannya yang lebih penting.

Relevansi Kaluna dan Kelas Menengah 

Kaluna bukan hanya sosok yang inspiratif dalam hal menabung, tetapi juga dalam menghadapi dinamika sosial di keluarganya—hal yang sangat familiar bagi banyak orang di kelas menengah Indonesia. Di tengah segala perjuangannya, Kaluna tiba-tiba harus dihadapkan pada keputusan finansial keluarga yang sulit.

Kaluna dihadapkan pada pilihan antara memperjuangkan rumah atau keluarganya. Itu terjadi saat kedua kakaknya terlibat masalah dan mengandalkan Kaluna untuk menyelesaikannya—termasuk memberikan pinjaman uang.

Baca Juga  SMF Gelontorkan Rp1,5 Triliun ke Bank Mandiri Taspen untuk Pembiayaan Perumahan Pensiunan

Salah satu adegan penting dalam film adalah saat Kaluna meminta penjelasan dari saudaranya yang ingin meminjam uang. Kaluna dengan tegas bertanya tentang tujuan pinjaman dan cara pengembaliannya, tetapi ia malah dicap “kurang ajar” oleh kakak kandungnya sendiri.

“Terus, kalau pinjam sekarang, balikinnya kapan?” jawab Kaluna tegas ketika kakak perempuannya ingin meminjam uang.

Adegan ini mengajarkan bahwa dalam urusan uang, bukan hanya soal angka, tetapi juga soal ego dan kejelasan tanggung jawab. Kaluna tetap teguh pada prinsipnya, menolak pinjaman tanpa kejelasan, yang menjadi pelajaran penting bagi penonton tentang pentingnya menormalisasi tanggung jawab dalam urusan finansial di keluarga.

Tantangan Komunikasi dan Pembagian Tanggung Jawab

Kaluna juga menghadapi tantangan lain terkait pembagian tanggung jawab yang tidak adil di keluarganya. Meski tinggal bersama, kedua kakaknya tidak membantu urusan rumah tangga.

Kaluna merasa sendirian menanggung beban rumah, termasuk membayar listrik dan memperbaiki kerusakan rumah, sementara kakaknya yang sudah berkeluarga tidak berkontribusi. Konflik ini memperlihatkan ketegangan dalam pembagian tanggung jawab keluarga, yang sering diabaikan karena nilai-nilai budaya Timur yang menempatkan rasa hormat pada kakak atau orangtua di atas segalanya.

“Saya juga kadang mikir. Hidup saya bakal beda enggak, ya, seandainya dulu bisa lebih egois sedikit saja,” ucapnya.

Namun, Kaluna tetap berkomunikasi dengan jelas. Ia menyatakan keinginannya agar kedua kakaknya pindah dari rumah karena sudah memiliki keluarga sendiri, serta meminta bantuan dalam mengurus rumah bersama. Ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi terbuka dalam menyelesaikan masalah keluarga.

Kaluna kokoh dengan opininya, menjaga batasan yang sehat namun tetap peduli terhadap keluarga. Masyarakat bisa belajar dari ketegasan Kaluna bahwa berbicara jujur dan menetapkan batasan bukanlah tanda tidak sayang keluarga, tetapi justru demi keseimbangan dan tanggung jawab yang adil.

Baca Juga  Fasilitas Perdagangan di Indonesia dalam Kegiatan Bisnis Internasional

Pelajaran Sosial dari Kaluna

Konflik-konflik yang dihadapi Kaluna mencerminkan masalah yang sering dialami kelas menengah Indonesia. Dalam budaya Asia yang kerap menjunjung tinggi rasa hormat terhadap keluarga, komunikasi tentang uang dan tanggung jawab sering kali terhalang oleh rasa takut dianggap durhaka atau menyinggung perasaan. Kaluna mengajarkan bahwa komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci dalam menyelesaikan masalah keluarga, terutama dalam urusan keuangan.

Penonton film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Almira Bastari ini dapat belajar bahwa menetapkan batasan dan menuntut tanggung jawab yang jelas dari anggota keluarga bukanlah hal yang salah. Justru, ini adalah cara untuk menjaga hubungan tetap sehat dan adil. Adegan-adegan dalam Home Sweet Loan yang memperlihatkan Kaluna berbicara dengan tegas namun penuh kesabaran bisa menjadi panduan bagi banyak orang yang menghadapi situasi serupa.

Kaluna menjadi simbol bagi generasi sandwich dan kelas menengah di Indonesia yang kerap dihadapkan pada tekanan finansial dan sosial dalam keluarga. Dengan gaya hidup hemat, perencanaan yang matang, dan komunikasi yang jujur, Kaluna menunjukkan bahwa kita bisa mencapai tujuan finansial tanpa mengorbankan nilai-nilai penting dalam hubungan keluarga. Di sisi lain, film ini mengajarkan bahwa perubahan besar kadang dimulai dari keberanian untuk berkata jujur dan menetapkan batasan yang sehat.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *