Tren Perdagangan Indonesia–AS Naik dalam 10 Tahun Terakhir
Pajak.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa volume perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terus mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan ini terutama dipicu oleh ekspor nonmigas yang mencatatkan surplus besar terhadap mitra dagang utama tersebut.
“Sejak tahun 2015 hingga 2024 total nilai perdagangan Indonesia dengan AS secara umum mengalami tren yang meningkat,” ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis BPS, dikutip Pajak.com pada Selasa (22/4).
Amalia menjelaskan bahwa surplus perdagangan Indonesia terhadap AS didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, sementara untuk migas, neraca perdagangan masih mencatat defisit. Pada 2015, surplus perdagangan Indonesia dengan AS tercatat sebesar 8,65 miliar dolar AS, naik menjadi 8,84 miliar dolar AS pada 2016, lalu 9,67 miliar dolar AS pada 2017. Nilai itu sempat turun ke 8,26 miliar dolar AS pada 2018, namun kembali naik ke 8,58 miliar dolar AS pada 2019.
Lonjakan signifikan terjadi pada 2020 dengan surplus mencapai 10,04 miliar dolar AS, dilanjutkan 14,54 miliar dolar AS pada 2021, dan memuncak di 2022 dengan nilai 16,57 miliar dolar AS. Pada 2023, nilai surplus menurun ke 11,97 miliar dolar AS, sebelum kembali naik menjadi 14,34 miliar dolar AS di 2024. Sementara secara kumulatif Januari–Maret 2025, neraca perdagangan Indonesia–AS mencapai 4,32 miliar dolar AS.
“Surplus neraca perdagangan tertinggi dengan Amerika Serikat terjadi pada tahun 2022 yakni sebesar 16,57 miliar dolar AS,” katanya.
Dilihat dari struktur komoditas, ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada Januari–Maret 2025 mencapai total 7,30 miliar dolar AS. Komoditas utama terdiri dari mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) sebesar 1,22 miliar dolar AS (16,71 persen), alas kaki (HS 64) sebesar 657,90 juta dolar AS (9,01 persen).
Kemudian, pakaian rajutan (HS 61) sebesar 629,25 juta dolar AS (8,61 persen), pakaian bukan rajutan (HS 62) sebesar 568,46 juta dolar AS (7,78 persen), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar 507,19 juta dolar AS (6,94 persen), serta perabotan dan alat penerangan (HS 94) sebesar 410,48 juta dolar AS (5,62 persen).
Berdasarkan data BPS, AS menjadi negara tujuan utama untuk produk ekspor pakaian dan alas kaki Indonesia. Untuk pakaian rajutan (HS 61), AS menyerap 63,40 persen dari total ekspor. Untuk pakaian bukan rajutan (HS 62), pangsa ekspornya sebesar 42,96 persen. Sedangkan untuk alas kaki (HS 64), Amerika Serikat menyerap 34,16 persen dari total ekspor kategori tersebut.
Dari sisi impor, Indonesia mendatangkan berbagai komoditas nonmigas dari AS seperti mesin dan peralatan mekanis, biji dan buah berminyak, mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya, ampas hasil industri makanan, serta instrumen optik, sinematografi, dan medis.
Untuk komoditas migas, Indonesia masih mengimpor minyak mentah (crude petroleum oils), serta produk seperti liquefied propane dan liquefied butanes. Sepanjang Januari–Maret 2025, tidak tercatat ekspor migas dari Indonesia ke AS.
Total nilai perdagangan migas Indonesia–AS pada Januari–Maret 2025 mencapai 798,3 juta dolar AS. Sementara untuk nonmigas, total nilai perdagangan dalam periode yang sama mencapai 9,43 miliar dolar AS.
Comments