in ,

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Capai 4,33 Miliar Dolar AS pada Maret 2025

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia
FOTO: IST

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Capai 4,33 Miliar Dolar AS pada Maret 2025

Pajak.com, Jakarta – Indonesia kembali mencatatkan surplus dalam neraca perdagangan barang pada Maret 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai surplus mencapai 4,33 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Meski lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, angka ini tercatat lebih rendah jika dibandingkan Maret tahun lalu.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa, kinerja neraca perdagangan bulan ini didorong kuat oleh sektor nonmigas yang membukukan surplus sebesar 6,00 miliar dolar AS. Di sisi lain, sektor migas masih menyumbang defisit sebesar 1,67 miliar dolar AS.

“Pada Maret 2025 neraca perdagangan barang mencatat surplus 4,33 miliar dolar AS atau naik sebesar 1,23 miliar dolar AS secara bulanan. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” jelas Amalia dalam konferensi pers, dikutip Pajak.com pada Selasa (22/4).

Baca Juga  Ini Strategi BRI Jaga Kualitas Aset Tetap Sehat di Tengah Dinamika Ekonomi Global

Sepanjang Januari hingga Maret 2025, total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 10,92 miliar dolar AS. Angka tersebut ditopang oleh surplus sektor nonmigas sebesar 15,76 miliar dolar AS, meski sektor migas mengalami defisit kumulatif sebesar 4,84 miliar dolar AS.

Dari sisi mitra dagang, AS memberikan kontribusi terbesar terhadap surplus nonmigas Indonesia. Surplus dengan negara ini mencapai 1,98 miliar dolar AS, hasil dari ekspor senilai 2,63 miliar dolar AS dan impor sebesar 646,1 juta dolar AS. Komoditas utama penyumbang surplus antara lain mesin dan perlengkapan listrik, alas kaki, serta lemak dan minyak hewani atau nabati.

India juga menjadi kontributor penting dalam neraca positif perdagangan Indonesia, mencatat surplus sebesar 1,04 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia ke India mencapai 1,41 miliar dolar AS, didominasi oleh bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja.

Baca Juga  Pemerintah Tegaskan Komitmen Tata Kelola BUMN Lewat Evaluasi Komprehensif

Filipina menambah daftar negara penyumbang surplus perdagangan. Surplus dengan negara ini mencapai 714,1 juta dolar AS. Komoditas ekspor andalan ke Filipina di antaranya kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral, serta minyak hewani/nabati.

Di sisi lain, Tiongkok menjadi penyumbang defisit perdagangan nonmigas terbesar dengan nilai 1,11 miliar dolar AS. Impor Indonesia dari Tiongkok masih didominasi mesin dan peralatan mekanis, perlengkapan listrik, serta kendaraan dan bagiannya. Australia dan Thailand juga menyumbang defisit masing-masing sebesar 353,2 juta dolar AS dan 195,4 juta dolar AS.

Secara komoditas, defisit perdagangan dengan Tiongkok banyak berasal dari impor mesin dan alat berat senilai 1,44 miliar dolar AS. Dengan Australia, defisit tertinggi berasal dari komoditas serealia serta logam mulia dan perhiasan. Sementara dengan Thailand, defisit disumbang oleh gula, plastik, dan alat mekanis.

Baca Juga  Terapkan ESG, Pertamina Luncurkan Program Green Movement

Jika dilihat secara wilayah, secara kumulatif Januari–Maret 2025, Indonesia mencatat surplus perdagangan terbesar dengan AS (4,12 miliar dolar AS), disusul India (3,05 miliar dolar AS) dan Filipina (2,20 miliar dolar AS). Sementara itu, defisit terdalam terjadi dengan Tiongkok (4,23 miliar dolar AS), disusul Singapura (1,08 miliar dolar AS) dan Australia (0,87 miliar dolar AS).

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *