in ,

Sri Mulyani Pastikan SINSW Efisiensikan Prosedur Ekspor – Impor, Ini Buktinya 

Sri Mulyani Pastikan SINSW Efisiensikan Prosedur Ekspor – Impor
FOTO: Dok. Sri Mulyani

Sri Mulyani Pastikan SINSW Efisiensikan Prosedur Ekspor – Impor, Ini Buktinya 

Pajak.com, Jakarta – Pemerintah menggelar Rapat Koordinasi Dewan Pengarah Indonesia National Single Window (INSW), di ruang Graha Sawala, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sekaligus Wakil Ketua Dewan Pengarah INSW pastikan Sistem INSW (SINSW) telah efisiensikan prosedur ekspor – impor di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa capaian.

”Proses transformasi digital melalui INSW ini kalau digambarkan secara sederhana, dulu masing-masing kementerian/lembaga (K/L) memiliki proses sendiri-sendiri, semua pelaku ekspor/impor harus datang ke masing-masing instansi. Dengan INSW, maka kita membuat satu entry untuk semua kementerian/lembaga sehingga sangat memudahkan para pelaku usaha,” ungkap Sri Mulyani dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com(16/12).

Ia menyebut, SINSW menghilangkan repetisi dan kompleksitas prosedur ekspor – impor sebagai salah satu upaya mengatasi tingginya angka ICOR (incremental capital output ratio (ICOR) di Indonesia yang kerap disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto.

”Ketika ICOR relatif tinggi, efisiensi investasi di suatu negara dipandang kurang,” imbuh Sri Mulyani.

Ada beberapa bukti capaian yang dihasilkan SINSW, yaitu efisiensi waktu layanan prosedur ekspor -impor mencapai sebesar 54,6 persen dan biaya 97,8 persen. Kemudian, integrasi layanan ekspor – impor dalam proses clearance barang impor dan ekspor yang memerlukan tindakan karantina dengan proses pemeriksaan fisik bersama (joint inspection), menghasilkan efisiensi waktu sebesar 73,4 persen dan biaya 46,1 persen. Selanjutnya, integrasi layanan pengangkutan barang menghasilkan efisiensi waktu sebesar 21,6 persen dan biaya 45,5 persen.

”Dalam konteks perdagangan internasional, integrasi national single window antarnegara dalam pertukaran dokumen elektronik terkait perdagangan internasional menunjukkan efisiensi waktu yang signifikan. Rata-rata waktu pengiriman dokumen e-ATIGA adalah 7,2 menit. Kemudian, efisiensi proses juga terlihat melalui penerapan integrasi layanan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), proses pelaksanaan dan penyusunan Neraca Komoditas melalui Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINAS NK),” tambah Sri Mulyani.

Baca Juga  INSW Permudah Proses Perizinan hingga Hadirkan Layanan Informasi Perpajakan Ekspor – Impor 

Secara spesifik, ia menyebut bahwa digitalisasi alur produksi hingga penjualan batu bara juga dilakukan secara terintegrasi melalui SINSW. Hal ini memudahkan pengawasan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan tata niaga mineral dan batu bara (minerba). Hingga November 2024, tercatat penerimaan PNBP batubara mencapai Rp 52,9 triliun.

Ia pun mengapresiasi Lembaga National Single Window (LNSW) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang bertugas mengelola INSW dan menyelenggarakan SINSW. Terlebih LNSW juga kerap diminta memberikan pengetahuan dan asistensi untuk pengembangan national single window negara lain, diantaranya Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam, Timor Leste, Tanzania, dan perwakilan anggota International Maritime Organization (IMO).

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Dewan Pengarah Airlangga Hartarto menegaskan perlunya optimalisasi penggunaan Indonesia Single Risk Management (ISRM), Business Continuity Management Systems (BCMs), dan Service Level Agreement (SLA) sebagai referensi K/L. Ia menekankan pula pentingnya tata kelola pertukaran data antar-K/L melalui Unit Layanan Single Window (ULSW).

”Diperlukannya pembentukan kanal komunikasi bersama, integrasi layanan ekspor dan surat keterangan asal yang sudah berbasis elektronik, serta penggunaan SIMBARA sebagai model pengembangan sistem untuk komoditas nonminerba,” ujar Airlangga.

Ia pun menyoroti perlunya mengidentifikasi barang ekspor – impor untuk keperluan dwiguna (dual use items) yang perlu ditindaklanjuti dengan K/L terkait. Airlangga berharap, K/L lain untuk segera mengintegrasikan sistemnya dengan SINSW. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan keterlacakan (traceability) produk, utamanya komoditas ekspor utama Indonesia.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *