Pupuk Indonesia Gaungkan Kerja Sama Regional Hadapi Krisis Pangan
Pajak.com, Nusa Dua – PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan perannya sebagai aktor strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan regional lewat partisipasi dalam forum industri pupuk terbesar di Asia yang digelar di Bali. Argus Fertilizer Asia Conference 2025 mempertemukan pelaku usaha, asosiasi, dan pemerintah dari berbagai negara untuk membahas tantangan rantai pasok, krisis pangan global, dan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengungkapkan pentingnya kerja sama lintas negara, untuk memastikan pasokan pupuk tetap stabil di tengah ancaman global yang terus berkembang.
“Forum ini bukan hanya ajang diskusi, tapi momentum membangun jejaring dan kerja sama konkret. Indonesia, sebagai salah satu produsen pupuk terbesar dunia, punya tanggung jawab strategis dalam memastikan stabilitas pasokan,” kata Rahmad di forum tersebut, di Westin Resort Nusa Dua, Bali, Kamis (24/4).
Rahmad mengemukakan, Pupuk Indonesia saat ini menempati posisi ke-6 sebagai produsen pupuk terbesar secara global. Dengan kapasitas produksi mencapai 9,4 juta ton urea dan 4 juta ton NPK per tahun, Pupuk Indonesia tidak hanya menopang kebutuhan domestik, tetapi juga memasok pasar Asia Pasifik dan kawasan Timur Tengah-Afrika Utara.
Dalam forum tersebut, ia juga menyoroti pentingnya penguatan pasokan bahan baku pupuk, seperti fosfat dan potash, yang sebagian besar masih bergantung pada impor. Lewat forum ini, Rahmad ingin pihaknya dapat menjalin dialog untuk memperluas kemitraan internasional dan mengamankan ketersediaan bahan baku jangka panjang.
“Tidak semua bahan baku tersedia di dalam negeri. Maka kami terus membangun kerja sama regional dan global agar ketahanan pasokan bisa terjaga. Ini bagian dari strategi swasembada pangan jangka panjang,” jelas Rahmad.
Selain membangun kemitraan, lanjut Rahmad, Pupuk Indonesia juga memperkuat produksi nasional melalui proyek modernisasi pabrik dan pembangunan fasilitas baru. Di antaranya adalah revitalisasi Pabrik Pusri IIIB di Palembang dan revamping pabrik Amonia PKT II di Bontang. Pupuk Indonesia juga tengah mengembangkan pabrik pupuk baru di Fakfak, Papua Barat, yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Rahmad menyebut langkah-langkah ini sebagai upaya menjaga keterjangkauan harga pupuk dan menyesuaikan kapasitas produksi dengan lonjakan kebutuhan pangan nasional.
“Revitalisasi ini bukan sekadar soal efisiensi. Ini adalah cara kami menjaga keterjangkauan harga pupuk dan menyesuaikan kapasitas produksi dengan pertumbuhan kebutuhan pangan Indonesia yang terus meningkat. Ketahanan pangan butuh dukungan dari sisi hulu secara konsisten dan berkelanjutan,” tegas Rahmad.
Dengan seluruh inisiatif tersebut, Pupuk Indonesia menargetkan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat distribusi pupuk kawasan, sekaligus membuka jalan bagi kerja sama industri yang lebih ramah lingkungan, tangguh, dan inklusif.
Comments