Menu
in ,

Perluas PT Smelting, Gresik Jadi Sentra Hilirisasi Tembaga

Pajak.com, Gresik – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama perluasan PT Smelting di Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Jatim). Ekspansi proyek ini akan membuat PT Smelting menjadi industri pionir dalam pengembangan hilirisasi produk mineral dan batu bara (minerba) yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Secara khusus, Gresik juga akan menjadi sentra hilirisasi tembaga.

Sekilas informasi, PT Smelting merupakan smelter pertama PT Freeport Indonesia (PTFI) yang dibangun pada tahun 1996 bersama dengan konsorsium Jepang dan dioperasikan oleh Mitsubishi—bentuk kepatuhan PTFI terhadap Kontrak Karya II.

“Kapasitas produksi saat ini mencapai 300 ribu ton katoda dan dengan adanya perluasan melalui investasi sebesar Rp 3,2 triliun diharapkan bisa menjadi 342 ribu hingga 350 ribu ton katoda tembaga per tahun. Dengan ekspansi di pabrik refinery mineral pertama di Indonesia ini, ada 3,3 juta ton konsentrat yang nantinya akan diolah, sehingga Gresik menjadi sentra dari hilirisasi tembaga. Pak Bupati Gresik (Fandi Akhmad Yani) ini bisa juga menjadi bupati tembaga,” kata Airlangga dalam acara, dikutip Pajak.com, Senin (21/2).

Ia mengungkap, perluasan ekspansi ini juga melengkapi peresmian pabrik berkapasitas 1,3 juta ton yang dilakukan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Ada pula kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik yang akan mengolah 2 juta ton konsentrat per tahun.

“Dengan terus adanya perluasan dan pengembangan industri di Gresik diharapkan seluruh produksi Freeport bisa diproses di dalam negeri. Selain itu, hal ini membuktikan kekuatan Indonesia di industri bisa terus ditingkatkan dan Gresik diharapkan bisa menjadi kluster pengelolaan industri konsentrat,” ungkap Airlangga.

Ia mengatakan, sejatinya kebijakan pemerintah dalam hilirisasi produk minerba ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah. Selain itu, hilirisasi berpotensi besar untuk meningkatkan sumber penerimaan negara; memenuhi kebutuhan tembaga dalam negeri maupun ekspor; dan menghasilkan bahan baku energi bersih.

Pemerintah mencatat, saat ini Indonesia memiliki cadangan bijih tembaga sebesar 3,1 miliar ton dengan tingkat produksi sebanyak 100 juta ton per tahun. Cadangan bijih tembaga ini diperkirakan akan habis dalam 30 tahun apabila tidak ada tambahan cadangan baru. Oleh karena itu, peningkatan nilai tambah bijih tembaga sangat diperlukan, baik dengan pembangunan pabrik baru atau ekspansi pabrik yang ada untuk ekstraksi tembaga.

“Ke depannya, renewable energy, electric vehicle, dan solar panel seluruhnya membutuhkan tembaga. Oleh karena itu, hilirisasi produk turunannya perlu untuk terus didorong, terutama untuk kebutuhan memproduksi produk elektronik,” ungkap Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Irjuniawan P Radjamin mengatakan, pembangunan perluasan pabrik ini membutuhkan waktu dua tahun, sehingga direncanakan akan rampung akhir Desember 2023.

“Selama ini PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang Freeport di Papua. PT Smelting mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburanpemurnian, dan pabrik asam sulfat. Pekerjaan ekspansi kali ini untuk menambah pabrik asam sulfat baru. Juga menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery,” jelas Wawan, panggilan akrab Irjuniawan P Radjamin ini.

Dengan pembangunan pabrik baru ini perusahaan berharap dapat mengolah konsentrat tembaga menjadi 1,3 juta ton per tahun dari dari yang semula hanya mengolah 1 juta ton per tahun.

“PT Smelting terus berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap negeri. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini, tentu akan makin mengokohkan Indonesia sebagai salah satu produsen tembaga dunia,” kata Wawan.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version