in ,

Ketahui Syarat Sah Sebuah Perjanjian sesuai KUHPerdata

Perjanjian sesuai KHUPerdata
FOTO: IST

Ketahui Syarat Sah Sebuah Perjanjian sesuai KUHPerdata

Pajak.com, Jakarta – Dalam menjalani kerja sama, penting bagi kedua belah pihak menyepakati sebuah perjanjian untuk memberi kepastian hukum. Namun, pihak yang hendak melakukan perjanjian tersebut perlu memahami syarat sah maupun aspek hukum sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Untuk itu, Pajak.com akan membantu Anda mengetahui syarat sah sebuah perjanjian sesuai KUHPerdata dengan payung hukum yang berlaku.

Definisi Perjanjian 

Menilik dari pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian merupakan suatu perbuatan dengan satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih. Secara umum perjanjian terdiri dari pihak-pihak, persetujuan antara pihak-pihak, prestasi yang akan dilaksanakan, sebab yang halal, bentuk tertentu lisan atau tulisan, syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian, dan tujuan yang hendak dicapai.

Baca Juga  PLN Gelar Kompetisi Light Your Green Action 2024, Jaring Inovasi Hijau Cegah Krisis Iklim

Ketentuan dari sistem pengaturan hukum perjanjian tercantum di dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Bentuk dan Jenis Perjanjian

Bentuk dan jenis perjanjian dapat dibedakan menjadi 2 macam:

  1. Tertulis; dan
  2. Lisan.

Asas Hukum Perjanjian

Asas hukum perjanjian, yaitu:

  1. Asas konsensualisme;
  2. Asas kebebasan berkontrak;
  3. Asas kekuatan mengikat perjanjian (pacta sunt servanda);
  4. Asas itikad baik (good faith);
  5. Asas kepercayaan;
  6. Asas personalitas;
  7. Asas persamaan hukum;
  8. Asas keseimbangan;
  9. Asas kepastian hukum;
  10. Asas moral;
  11. Asas kepatutan;
  12. Asas kebiasaan; dan
  13. Asas perlindungan.

Syarat Sah Sebuah Perjanjian sesuai KHUPerdata

Syarat sahnya suatu perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Dalam ketentuan tersebut terdapat empat syarat sahnya perjanjian, antara lain:

Baca Juga  Akselerasi Transisi Energi, PLN Jalin Kolaborasi Manfaatkan “Green Ammonia” untuk PLTU  

1, Adanya kesepakatan kedua belah pihak

Pasal 1321 KUHPerdata mempertegas bahwa tidak ada suatu persetujuan pun yang mempunyai kekuatan dalam hal diberikan, karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan. Sehingga perlu ada kesepakatan antar-kedua belah pihak;

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum

Sesuai Pasal 1330 KUHPerdata, yang tidak cakap untuk membuat persetujuan adalah anak yang belum dewasa, orang di bawah pengampuan, dan perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang, dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu;

3, Adanya kausa yang halal

Berdasarkan Pasal 1337 KUHPerdata mempertegas kuasa yang halal dan tidak terlarang. Apabila sebab tersebut dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan maupun ketertiban umum, maka tidak sah perjanjian itu.

Baca Juga  Di Lintasarta Leaders Forum, Dirut PLN Berbagi Kunci Sukses Perseroan Jalankan Transformasi Bisnis

Kemudian hal yang harus diperhatikan oleh para pihak yang akan mengadakan dan membuat perjanjian, meliputi:

  1. Kewenangan hukum para pihak;
  2. Perpajakan;
  3. Masalah keagrariaan;
  4. Pilihan hukum;
  5. Penyelesaian sengketa;
  6. Pengakhiran perjanjian, dan
  7. Bentuk perjanjian standar.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *