Ini Strategi BRI Jaga Kualitas Aset Tetap Sehat di Tengah Dinamika Ekonomi Global
Pajak.com, Jakarta – Ketidakpastian ekonomi global akibat meningkatnya tensi geopolitik dan perang tarif masih menjadi ancaman nyata bagi stabilitas keuangan dunia, termasuk Indonesia. Di tengah tekanan tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) mengambil langkah strategis untuk memastikan kualitas pembiayaan tetap terjaga, terutama di sektor UMKM yang menjadi tulang punggung bisnis Perseroan.
Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom menegaskan bahwa BRI tidak akan mengorbankan prinsip kehati-hatian demi mengejar pertumbuhan semata. Dalam menghadapi pelemahan konsumsi domestik dan risiko eksternal, BRI tetap berpegang pada prinsip selektif dalam menyalurkan pembiayaan, khususnya di segmen UMKM.
“Tentunya kita memperkuat fungsi monitoring dan juga early warning system, sehingga dapat mengetahui kondisi nasabah dan juga antisipasi apabila terjadi potensi pemburukan,” ujar Mucharom dalam keterangan resminya pada Kamis (15/5/25).
Hingga Maret 2025, BRI mencatatkan penyaluran kredit UMKM sebesar Rp1.126,02 triliun, setara dengan 81,97 persen dari total portofolio kredit. Langkah ini menunjukkan fokus BRI dalam memberdayakan sektor produktif di tengah tekanan global yang kompleks.
Dampak dari strategi pengelolaan risiko ini terlihat nyata dalam indikator kualitas aset BRI. Rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) BRI turun dari 3,11 persen di akhir kuartal I-2024 menjadi 2,97 persen pada kuartal I-2025. Perbaikan serupa juga terjadi pada rasio Loan at Risk (LAR), yang membaik dari 12,68 persen menjadi 11,12 persen pada periode yang sama.
Selain memperkuat sistem peringatan dini, BRI juga melakukan evaluasi terhadap kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung, terutama pada lini-lini bisnis yang bersinggungan langsung dengan nasabah UMKM.
Tak hanya mengandalkan pendekatan tradisional, BRI juga terus menyempurnakan fraud detecting system agar mampu mengidentifikasi potensi risiko secara lebih proaktif. Peninjauan menyeluruh terhadap sistem, alat ukur, dan proses bisnis juga dilakukan guna memperkuat fondasi manajemen risiko.
“Kita juga lihat kembali sistem dan tools yang ada saat ini, kita coba lihat dan review kembali, kita sudah punya credit scoring, credit rating. Kemudian, kita lihat kembali tentunya nanti credit rating kita ini yang lebih granular dan mungkin lebih bisa membedakan per masing-masing sektor ekonomi, per masing-masing region, sehingga kita bisa melihat risiko secara lebih detail lagi,” tambah Mucharom.
Pendekatan yang lebih detail dan terukur ini memungkinkan BRI untuk membaca risiko berdasarkan karakteristik sektor dan wilayah, sehingga pengambilan keputusan pembiayaan menjadi lebih presisi.
Meski beroperasi dalam tekanan global yang tinggi, BRI berhasil menjaga performa bisnis. Sepanjang kuartal I-2025, BRI Group membukukan laba bersih sebesar Rp13,80 triliun. Total aset Perseroan pun mencapai Rp2.098,23 triliun, tumbuh 5,49 persen yoy.
Comments