Menu
in ,

BRI: Ekonomi di 2022 Diproyeksi Tumbuh 4,8-5,3 Persen

BRI: Ekonomi di 2022 Diproyeksi Tumbuh 4,8-5,3 Persen

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memproyeksi pemulihan ekonomi nasional akan tereskalasi berkat perbaikan permintaan domestik serta strategi program pemerintah pada tahun 2022. BRI memprediksi, produk domestik bruto (PDB) Indonesia berpotensi untuk tumbuh di kisaran 4,8 persen–5,3 persen pada tahun 2022. Dengan kondisi itu, industri perbankan juga diperkirakan bakal tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2021.

Chief Economist BRI sekaligus Research Director BRI Research Institute Anton Hendranata menjelaskan, adaptasi masyarakat terhadap kondisi pandemi yang membuat mobilitas tidak terlalu terguncang, tampak dari daya beli masyarakat yang terdongkrak naik. Komposisi konsumsi dalam pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan 570 basis poin (bps) dari 69,4 persen pada Oktober 2020 menjadi 75,1 persen pada Oktober 2021.

Anton mengimbau, pelaku industri perbankan diharapkan memerhatikan kondisi likuiditas yang tidak akan selonggar tahun ini. Pasalnya, likuiditas bisa terdampak akibat ada perlambatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

“Kami meyakini ekonomi domestik bakal semakin pulih dan kuat, bila kondisi COVID-19 bisa tetap terjaga. Pemulihan ekonomi Indonesia sangat ditopang oleh kondisi permintaan yang meningkat, dari daya beli sampai belanja pemerintah serta adaptasi masyarakat terhadap kondisi pandemi. Tren 25 tahun terakhir menunjukan ketika ada ekonomi sedang menurun atau konsolidasi, DPK akan berada di atas kredit. Sebaliknya, ketika dalam masa pemulihan atau ekspansi seperti tahun depan, kredit kemungkinan melampaui DPK, kondisi likuiditas perlu menjadi perhatian perbankan,” kata Anton dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.compada (26/12).

Ia mengungkap, BRI telah mengantisipasi kondisi likuiditas untuk menjaga pertumbuhan penyaluran permodalan bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM), tulang punggung utama perekonomian Indonesia. Ruang bagi BRI untuk memompa kredit juga dapat dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang masih berada di level 83 persen atau berada di bawah ketentuan regulator yang sebesar 92 persen. Penyaluran kredit BRI hingga kuartal III-2021 masih didominasi oleh segmen UMKM dengan komposisi 82,67 persen terhadap total portofolio kredit.

Dari sisi permodalan, BRI memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang sangat baik untuk terus tumbuh secara berkelanjutan. CAR BRI berada di angka 24,54 persen atau tiga kali lipat dari threshold Bank Indonesia (BI). BRI memproyeksikan, pertumbuhan kredit perseroan pada tahun depan akan lebih baik di kisaran 8 persen–10 persen.

“Ketika ekonomi mengalami pemulihan, industri perbankan akan mengikuti dengan pemulihan. Ini akan tampak dari growth kredit yang lebih tinggi dibanding tahun 2021 dan DPK yang tumbuh lebih terbatas,” kata Anton.

Selain itu, menurutnya, perbaikan ekonomi juga dipantik oleh strategi countercyclical melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang akan berlanjut pada tahun depan, Outlook BRI memproyeksikan inflasi pada 2022 akan berada di level 2,8 persen–3,3 persen. Dengan perbaikan ekonomi itu, BRI memprediksi tingkat pengangguran akan menyusut menjadi 6,3 persen–7,7 persen.

Kendati demikian, BRI menilai, sejumlah tantangan juga mesti diantisipasi dalam proses pemulihan ekonomi di tahun depan. Adanya tapering off dan potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Seperti diketahui, The Fed telah memulai proses pengurangan stimulus atau tapering off sejak November 2021. Inflasi di AS yang melesat ke level 6,2 persen berpotensi mengubah arah kebijakan moneter AS.

“Inflasi ini memacu AS untuk mempercepat normalisasi moneter yang disertai peningkatan nilai tapering off dan bisa segera mengerek suku bunga acuan untuk menghindari overheating. Ini akan membawa dampak bagi Indonesia sebagai emerging market,” kata Anton.

Ia mengatakan, BI sebagai pemegang otoritas moneter tertinggi di dalam negeri kemungkinan ikut mengerek suku bunga acuan pada 2022. Prediksi BRI, suku bunga BI-7 days reverse repo rate (BI-7DRR) akan dikerek dari posisi saat ini yang sebesar 3,50 persen menjadi 4,25 persen–4,50 persen.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version